Ada sebuah keindahan dalam memaafkan seperti bersinar di kejauhan, aku terdampar dan melepaskan.
Cinta itu selalu untuk dipelajari, ketika semua itu telah diungkapkan terkadang kau harus berjalan sendirian.
Dan kau dan aku.
Tidak ada yang perlu disesali sekarang, semuanya telah berlalu dan itu akan membawa kita pulang.
Hidup selalu berubah, ketika semuanya telah dikatakan dan dilakukan terkadang kau harus terus menjalaninya sendirian.
Dan kau dan aku.
Kemarilah, bisakah kau dengarkan aku mengatakan aku meminta maaf? Ada begitu banyak hal yang aku ingin kau tahu. Aku menghitung hari saat kau akan terbangun dan melihatku sampai saat kau harus melepaskanku. Aku pergi.
Niall terduduk lemas di kursi belajar milik Angel sambil membaca buku diari milik putri kecilnya itu. Dia tahu sekarang semuanya tidak baik-baik saja. Dia telah melewatkan sesuatu. Niall membuka laci meja Angel dan menemukan sebuah pisau kecil yang terdapat bercak darah yang sudah mengering di sana.
Mengapa kau lakukan ini padaku, Angel?
"Niall?" seorang wanita memasuki ruangan sambil menggendong bayinya.
Niall menatapnya sekilas sebelum membuang muka dari wanita itu lagi.
"Apakah Angel memiliki masalah?" tanya wanita itu.
"Aku tidak tahu." Jawab Niall ketus.
"Lalu dia akan tinggal bersama Daisy sekarang?" Tanya Barbara.
"Kau senang?!" Niall menaikkan intonasi suaranya satu oktaf sambil menatap Barbara dengan tajam.
"Tidak juga." Barbara membalikkan tubuhnya dan segera meninggalkan kamar itu.
Sheffield City
"Angel?" Daisy duduk di tepi tempat tidur dimana Angel dan Apple sudah berada di atasnya, di bawah selimut mereka. Daisy mengelus kening Angel. "Apa lukanya masih sakit?" Tanya Daisy.
Angel menatap Daisy dengan tatapan kosongnya. Dia menggeleng pelan saat tatapannya dan Daisy bertemu.
"Tidur, ya. Apple akan bersamamu sampai besok pagi."
"Sampai selamanya." Sahut Apple.
Daisy melirik ke arah putranya kemudian tersenyum. "Apapun yang kau coba sembunyikan dari Mommy. Mommy akan tahu, Angel. Mommy tidak bisa melihatmu seperti ini. Maafkan Mommy."
Angel menggeleng pelan.
"Katakan sesuatu, Angel. Mommy mohon, katakan sesuatu." Pinta Daisy. Daisy mengusap air matanya. "Baiklah kalau kau tidak mau berbicara dengan Mommy. Selamat malam. I love you, babies." Daisy mencium kening Angel dan Apple secara bergantian sebelum akhirnya meninggalkan ruangan.
Daisy masih tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Mengapa ini bisa terjadi kepada putri kecilnya? Putri yang selalu riang dan tersenyum. Putri yang selalu bersikap manja padanya. Putri yang selalu memeluk dan menciumnya. Bahkan semenjak mereka bertemu siang tadi, Angel tidak berbicara apapun.
Apa ini semua karena Barbara? Tidak, tidak. Kau tidak boleh berpikiran negatif, Das. Daisy menggelengkan kepalanya saat dugaan-dugaan buruk datang silih berganti di pikirannya.
Lalu, dia harus meminta penjelasan kepada siapa? Siapa yang harus disalahkan untuk semua ini? Daisy berbaring di sofa dan melipat kedua tangannya. Dia mencoba memejamkan matanya saat semuanya terasa begitu melelahkan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
RomanceBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.