Sepertinya kata-kata ini tidak bisa lebih jauh dari kebenaran
Bagaimana aku bisa sampai di sini? Apa yang telah aku lakukan?
Aku telah dibutakan oleh warnamu yang dulu menjadi pelangi di mataku
Ke mana mereka pergi? Mengapa menghilang?
Bagaimana aku bisa percaya kepada Daddy? Bagaimana jika Daddy benar kali ini? Aku bisa percaya Daddy tapi tidak dengan Barbara. Tapi bagaimana jika Daddy bekerja sama dengan Barbara? Ahhh. Angel masih membuat keputusannya.
Angel menatap ayahnya yang masih berlutut menunggu jawabannya. Dia tidak tega—tidak pernah tega melihat ayahnya memohon kepadanya seperti itu walaupun ayahnya sering kali mengabaikan permohonannya.
Niall masih memandangi puterinya yang masih terdiam. "Tolong bantu Daddy kali ini, Daddy akan berusaha membantumu."
Angel menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan berat, "Baiklah. Aku akan membantu Daddy." Walau aku tidak tahu apa yang akan Daddy lakukan padaku setelah ini.
Dengan jawaban itu, senyuman Niall mengembang sangat lebar. Dia menarik Angel ke dalam dekapannya. "Terima kasih, sayang." Bisik Niall. Pria itu bangkit dan menuntun Angel menuju kelasnya.
Angel menghentikan langkahnya saat melihat Barbara berdiri di depan kelasnya sambil memainkan ponselnya—menunggu dirinya atau ayahnya, dia tidak yakin. Barbara menghampiri kedua orang itu saat menyadari kehadirannya. Barbara tersenyum kepada Angel dan saat Niall melangkahkan kakinya untuk memasuki kelas, Angel menahannya.
"Ada apa?" tanya Niall.
Angel menatap Barbara yang kini berada di sampingnya. "Berjanjilah kau tidak akan maju ke depan saat namaku dipanggil." Ucap Angel kepada Barbara.
Barbara mengangguk. "Baiklah. Aku berjanji."
Dan dengan itu mereka memasuki kelas dan duduk di tempat yang telah disediakan. Angel tidak percaya ini, dia berada di acara pengambilan hasil ujian bersama dengan kedua orangtuanya—ralat, ayah dan ibu tirinya. Dia tidak pernah membayangkan itu sebelumnya. Bahkan terpikir pun tidak sama sekali—tidak pernah. Dan kini Angel duduk di antara kedua orang yang bahkan dia tidak inginkan kebersamaannya.
***
Angel hanya duduk diam di sofá besar nan empuk di rumah itu—rumah yang ia tinggali dulu. Matanya menjelajah ke sana ke mari memerhatikan suasana di rumah itu. tidak ada yang berubah. Pikirnya. Mata Angel tertuju kepada seorang wanita yang sedang menggendong seorang bayi.
"Hey, Nora!" panggil Angel.
Yang dipanggil menoleh dan tersenyum. "Ada apa, Angel?"
"Bawa Holy ke mari dan letakkan di pangkuanku." Ucap Angel seraya menepuk-nepuk pahanya—mengisyaratkan bahwa ia ingin Holy berada di sana.
Tanpa banyak bicara, Nora segera membawa Holy kepada Angel dan meletakkannya di pangkuan gadis itu. "Kau menyukainya?" tanya Nora.
Angel mengalihkan pandangannya dari Holy. "Apa?"
"Kau menyukainya ada di pangkuanmu? Kau menyukai bayi?" tanya Nora.
Angel kembali memandang Holy di pangkuannya. "Hmmm... kukira begitu. Aku akan sangat senang jika aku memiliki adik."
"Bukankah yang kau pangku sekarang adalah adikmu?" tanya Nora.
Diam. Angel tidak menjawab.
"Oke, jadi antara kau dan Apple, siapa yang menjadi kakak?" tanya Nora lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
RomanceBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.