New York City
“Will, ini sudah cukup. Semuanya telah terlalu jauh dari apa yang kita harapkan.” Ucap Daniel seraya mengusap wajahnya dengan kedua tangannya; dia putus asa.
Will memberikan Daniel segelas air untuk menenangkan pria itu. “Tenanglah, Dad. Semuanya akan baik-baik saja.”
Daniel menepis gelas itu. “Baik-baik saja bagaimana? Dia justru mengakhiri semuanya.”
“Tapi dia belum menunjukan kalau dia mencintai Daddy dan dia bukannya menyatakan semua itu namun justru mengakhirinya. Apa yang Daddy harapkan dari itu? Dia bahkan tidak mencintai Daddy.” Ucap Will.
Daniel menatap putranya itu. “Kau tahu kalau aku mengaguminya sejak dulu, bisa mencintainya sudah membuatku bahagia dan aku tidak mengharapkan apapun darinya. Bisa membuatnya tertawa karena aku bahkan sudah membuatku sangat bahagia, lalu apa yang bisa membuatku lebih bahagia dari itu? Membiarkannya pergi sama saja melepaskan kebahagiaanku.”
“Lalu apa artinya kami di hidupmu, Dad? Tidakkah kami membuatmu bahagia juga?” ucap Will dan itu membuat Daniel terdiam. “Atau kau akan melepaskan kami—aku dan Ellie hanya untuk seorang Daisy?”
Daniel terdiam. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain dan melihat Ellie sedang menatapnya dari ambang pintu.
“Baiklah.” Will beranjak meninggalkan Daniel dan mengajak Ellie naik ke kamarnya.
Ellie masuk ke kamarnya diikuti dengan Will dan bocah itu lalu menutup pintunya dan menguncinya dari dalam. Ellie duduk di tepi tempat tidurnya disusul Will yang ikut duduk di sampingnya. Gadis kecil itu meraih figura di nakasnya dan menatapnya.
Ellie mengusap foto itu seraya berkata. “Apakah kita akan kehilangan Dad setelah ini?”
Terdengar desahan berat dari Will. “Aku tidak tahu.”
“Aku tidak ingin seperti Katy yang harus tinggal bersama neneknya setelah ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi.”
Will memeluk adiknya itu. “Aku melakukan ini demi Dad, demi kebaikan kita tapi kalau Dad lebih memilih wanita itu maka apa yang bisa aku lakukan? Maafkan aku, Ellie.”
Ellie balik memeluk Will. “Tidur bersamaku malam ini, Will.”
Will merebahkan tubuh Ellie dan ikut berbaring di samping gadis kecil itu. Dia memosisikan tubuhnya memiringi tubuh Ellie sehingga dia bisa menatap wajah adik kecilnya itu dari posisinya. Will membawa tangannya ke wajah Ellie dan mengusapnya dengan halus.
“Kau tahu, apapun yang terjadi, aku tetap menyayangimu dan aku akan terus di sini, bersamamu.” Bisik Will.
Ellie menatap lurus ke langit-langit kamarnya. “Aku tahu.”
***
London City
Niall terus memetik gitarnya sambil menyanyikan sebuah lagu dengan pelan sementara keempat temannya sedang asik dengan aktivitas mereka masing-masing. Seseorang masuk ke dalam ruangan itu dan mendapatkan perhatian dari kelima orang yang sebelumnya memang sudah berada di sana.
“Hi, guys!” sapa orang itu dengan senyuman di wajahnya.
Liam bangkit dari tempat duduknya dan memberikan pelukan selamat datang untuk orang itu. “Guys, dia adalah temanku dan dia seorang dokter di salah satu rumah sakit di kota ini. Dia yang akan membantu kita—Niall tepatnya untuk melakukan tes DNA.”
“Apa kau bisa dipercaya untuk tidak membocorkan rahasia ini kepada publik?” tanya Harry dengan tidak yakin akan teman Liam itu. Well, ya penampilannya sangat tidak terlihat seperti seorang dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
RomanceBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.