"Kau tahu, aku sudah mengatur semuanya. Aku akan membawanya terbang dan boom! aku akan menjatuhkannya dan memberikannya pelajaran yang tidak akan dia lupakan seumur hidupnya..."
Hening.
"Kau pasti tahu apa yang kumaksud... bukan urusanmu aku ada di mana sekarang, yang pasti dia tidak tahu. Oke. Bye."
Suara itu membuat Daisy mendapatkan kembali kesadarannya. Meskipun matanya masih tertutup, namun, dia masih bisa mendengar dengan samar percakapan itu. Satu hal yang pasti Daisy yakin jika itu suara dari mantan suaminya—Niall Horan.
Daisy membenarkan posisinya menjadi duduk. Dia memerhatikan Niall yang sibuk dengan ponselnya di sofa yang lain. Seingatnya mereka memliki perdebatan yang cukup panas sebelum akhirnya dia tertidur di sofa itu.
Niall menyadari Daisy yang sudah tidak lagi tertidur. "Kau terbangun?" tanyanya.
Daisy mengangguk pelan. "Jam berapa ini?"
"Pukul 1.43 dinihari. Kau sebaiknya kembali tidur." Ucap Niall.
Daisy tidak menggubris ucapan Niall, dia justru bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar anak-anaknya. Dia memutar kenop pintu kamar itu sehingga terbuka. Kamar yang sudah gelap karena kedua penghuninya sedang terlelap dalam mimpi mereka. Daisy mencari di mana saklar lampunya dan dia segera menekannya sesaat setelah menemukannya.
Wow! Sejak awal Daisy datang ke tempat ini, dia sudah memiliki firasat jika semua ini memang telah direncanakan. Firasat itu diperkuat dengan dua tempat tidur yang ada di dalam kamar itu. Sepertinya Niall telah memprediksikan jika anak-anaknya akan datang ke sini—walaupun dia tidak tahu pasti kapan.
Setengah ruangan itu dicat berwarna biru dan setengahnya lagi merah muda bahkan, pintu kamar pun berada di tengah seakan memisahkan kawasan kedua anak itu. Dua buah kasur berada di dua sisi ruangan dan ada dua buah lemari mini yang serupa.
Daisy melangkahkan kakinya mendekat ke arah kasur Angel. Angel sedang terlelap di bawah selimut biru bergambar Queen Elsa. Lagi, ini semakin menguatkan dugaannya jika ini memang telah dirancang untuk kedua anak ini. Daisy duduk di tepi tempat tidur, dia membawa tangannya mengusap kening gadis kecil itu.
..
"Das, aku mohon jangan bawa cucuku. Aku berjanji akan menjaganya dengan baik." Maura bersimpuh di kaki Daisy.
Daisy mencoba membuat wanita tua itu berdiri, namun, dia sangat keras kepala. "Aku mohon, Mom. Jangan perlakukan aku seperti ini."
"Kau bisa membawa Apple atau Angel, siapapun yang kau mau tapi tolong tinggalkan satu cucuku di sini." Pintanya.
Daisy menurunkan tubuhnya sehingga dia sejajar dengan wanita itu. "Baiklah. Ini keputusan yang sulit, tapi aku hanya akan memperjuangkan Apple. Aku akan menyerahkan Angel kepada Niall. Dia juga menginginkan salah satu dari kedua bocah itu." Ucap Daisy.
"Kurasa itu akan cukup adil, Das. Biarkan aku merawat Angel sampai Tuhan mempersatukan kalian kembali. Aku yakin, aku sangat yakin jika kalian bisa bersatu lagi suatu saat nanti."
Daisy tersenyum sambil mengangguk. Dia menggenggam tangan Maura. "Semoga saja."
"Berjanjilah kalau kau tidak akan membawanya pergi dariku."
Diam. Bagaimana dia bisa berjanji seperti itu? Daisy memandang wajah wanita tua itu. Bagaimana dia bisa menolak permintaannya? "Baiklah."
"Terima kasih."
Setelah itu Daisy pergi menemui Niall dan membicarakan tentang hak asuh anak-anak mereka. Persidangan selanjutnya yang akan mereka jalani akan dilaksanakan minggu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
RomanceBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.