#24 - US [a]

1.5K 258 57
                                    

"Apple, tolong buatkan minuman untuk ayahmu. Dia menunggumu dan datang untuk menjemputmu." Ucap George.

Apple mengangguk. "Baiklah." Dia berlalu menuju dapur yang bisa terlihat dari tempat dimana Niall dan George duduk.

"Dengar, nak. Apple itu anak yang begitu membanggakan, dia memiliki banyak bakat dan dia berkata padaku kalau dia hanya menginginkan satu hal, jika mungkin orangtuanya bisa kembali, dia ingin melihat itu. Dia ingin melihat kalian berdua berpelukan seperti saat dia masih kecil, pergi ke konsermu dan menghabiskan banyak waktu bersamamu." Ucap George dengan nada yang lebih rendah. George melepaskan cincin yang melingkar di jarinya dan memberikannya kepada Niall. "Apple membeli itu untukmu dan dirinya, sepasang cincin dari sekolahnya dan kupikir dia telah membeli sepasang kaus juga namun, malam itu, dia datang kemari dan memberikanku cincin ini. Ini milikmu."

Niall tidak begitu mengerti apa yang sedang George bicarakan namun itu mengenai dirinya dan Apple. Cincin, kaus, malam itu. Dia mencari file tentang hal yang dibicarakan George di dalam otaknya. Malam itu dia bertengkar dengan Daisy dan dia sempat melihat Apple di puncak tangga. Dia pergi dengan marah ke bar dan mabuk lalu tiba di rumah dinihari—mungkin, dia tidak begitu ingat. Daisy datang bersama kedua anaknya dan berbicara tentang bagaimana Angel harus bersikap kepada Barbara. Dia terlibat adu mulut dengan Daisy kala itu sampai akhirnya dia dan Apple pergi dan mengucapkan selamat tinggal. Sesuatu yang ditinggalkan Daisy untuknya adalah sepasang kaus bertuliskan Father dan Son. Apa itu yang coba George katakan?

Niall mengambil cincin yang sedari tadi berada di meja tepat di hadapannya dan melihatnya dengan seksama. Cincin perak dengan ukiran DNA di dalamnya. DNA? Apa arti dari singkatan itu?

"Ini minumannya, Dad." Apple kembali dengan sebuah nampan dan berada tiga gelas jus jeruk di atasnya juga beberapa bungkus roti.

Niall memandangi putranya itu. Bocah itu menyimpan banyak duka. Niall menariknya sehingga Apple berada di atas pangkuannya. "Apple."

"Ada apa, Dad?" tanya Apple bingung. Niall tidak menjawab, dia justru menatap Apple lekat-lekat. "Daddy kemari untuk menjemputku, kan? Kita akan pergi ke mana?" tanyanya antusias—pura-pura antusias karena dia hanya mendapati Niall yang terdiam dan terus menatapinya. Dia tidak nyaman dengan itu.

"DNA? Apa itu?" tanya Niall.

Diam. Giliran Apple yang terdiam. "Umm... itu... bukan apa-apa, Dad. Mengapa Daddy menanyakan itu?" tanyanya kaku.

"Kau akan memberikan ini kepada Daddy, kan?" tanya Niall seraya menunjukan cincin yang sedari tadi disembunyikan dalam genggamannya.

Apple mengambil cincin itu dari tangan Niall. "Tidak jadi, Dad. Lupakan saja." Ucap Apple seraya meletakkan kembali cincin itu di telapak tangan Niall dan menutupnya dengan jari-jemari tangan Niall sehingga Niall kembali menggenggamnya.

"Katakan saja. Apa yang terjadi malam itu?"

Diam. Apple sungguh tidak ingin mengingat hal itu lagi tapi permintaan Niall? Apple hanya memandangi ayahnya yang kini wajah mereka berada begitu dekat. Apple bahkan bisa merasakan napas Niall di pipinya dan kedua mata itu yang seakan sedang berlutut memohon padanya.

"Katakan, sayang." Bisik Niall.

"Aku..." Apple mengingat kembali kejadian malam itu. Kejadian yang sangat jelas terekam dalam otaknya. "Aku melihat Daddy dan Mommy bertengkar lagi dan Mommy meminta Dad untuk pergi lalu Dad berkata kalau Dad akan kembali untuk menjemput putri Dad—Angel, kupikir aku bukan lagi putra Daddy karena Dad bahkan tidak pernah memanggilku dengan sebutan putraku seperti Mommy yang selalu menyebut Angel putrinya."

Niall menatap Apple dengan mata yang berkaca-kaca dan bayangan malam itu kembali teringat di benaknya.

"Aku sudah membeli kaus untuk kita, sepasang kaus yang mungkin kita bisa pakai untuk pergi memancing atau menonton pertandigan bola tapi, kurasa itu tidak akan pernah terjadi, hari itu tidak akan pernah ada jadi, aku membuangnya dan Mommy terus-menerus memanggilku namun aku mengabaikannya." Apple menarik napas panjang kemudian menghembuskannya dengan berat. "Aku menyelinap keluar dan pergi ke sini, aku memberikan cincin itu pada George karena dia akan bisa menjaganya untukku. Karena mungkin Dad... Dad tidak akan lagi memelukku. Dad bahkan tidak pernah memelukku dan mengatakan kalau Dad menyayangiku. Kupikir kalau Dad sudah berhen—"

Incomplete 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang