London City
"Kalian bisa pulang sendiri, kan?" tanya Niall saat dia menghentikan mobilnya di depan sebuah Primary School di London—tempat dimana Angel pernah bersekolah dulu.
Daisy menoleh kepada pria di sampingnya yang sedang duduk di bangku kemudi. "Tentu. Kau akan pulang ke mana?"
"Aku akan pulang ke rumah. Kalian ke rumahku saja dan kita akan ke apartemen bersama-sama." Ucapnya.
"Oke." Daisy membuka pintu mobilnya dan hendak keluar.
"Tunggu." Ucap Niall dan itu membuat Daisy terdiam. "Kau butuh uang untuk pendaftarannya?"
Daisy menoleh ke belakang dan tersenyum. "Aku punya itu. Kalau ada kekurangan, aku akan memberitahumu."
Niall mengangguk. "Baiklah."
Daisy turun dari mobil dan kedua anaknya sudah menunggunya di depan gerbang. Si kembar langsung menggandeng tangan Daisy dan melambai kepada Niall dan Maura saat mobilnya pergi meninggalkan gedung sekolah. Mereka memasuki gedung sekolah dan Angel dengan senyuman bangganya melewati kerumunan para siswa di koridor dan tersenyum lebar kepada anak-anak yang dulu pernah mem-bully-nya. Angel sendiri yang memilih sekolah itu.
"Kalian tunggu di sini." Ucap Daisy seraya melepaskan tangannya dari kedua anaknya.
Si kembar duduk di bangku di depan ruangan staff itu sementara Daisy masuk untuk mendaftarkan Angel. Apple memainkan ponselnya sementara Angel hanya membalas tatapan sinis orang-orang yang berjalan di hadapannya.
"Apple, apa kau lihat itu?" bisik Angel.
Apple mengalihkan pandangannya kepada saudarinya. "Apa?"
"Orang-orang itu tampak sangat tidak menyukaiku." Bisik Angel sambil terus menatapi orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya.
"Tidak usah pedulikan mereka." Ucap Apple.
"Apakah aku ini cantik atau jelek sehingga mereka menatapku seperti itu?" tanya Angel.
"Ya Tuhan, Angel. Kau itu tidak jelek." Ucap Apple. Apple melingkarkan lengannya di pundak Angel. "Kau cantik, itu sebabnya mereka iri padamu."
Angel menoleh kepada Apple di sampingnya. "Benarkah kalau aku cantik?" tanyanya.
Angel begitu polos. Batin Apple. "Kau tidak pernah melihat dirimu sendiri di cermin, huh?"
"Tentu saja pernah."
"Apakah kau itu jelek?" tanya Apple.
Angel menggeleng pelan. "Aku tidak tahu."
"Sudahlah, kau cantik dan cukup, jangan katakan kalau kau jelek lagi." Ucap Apple. "Semua perempuan itu cantik, tergantung dari mana kau melihat dirimu sendiri."
Apple mengalihkan perhatiannya kepada ponselnya lagi sementara Angel tetap memerhatikan orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya. Apple sedang sibuk dengan akun instagram barunya dan dia baru saja mengunggah beberapa foto ke akun miliknya itu.
"Apple?" sebuah suara mendapatkan perhatiannya.
Apple mendongakkan kepalanya saat merasakan ada sebuah bayangan seseorang di hadapannya. "Walter?" Apple bangkit dari tempat duduknya untuk memeluk temannya itu.
"Kau sekolah di sini? Apa kau pindah ke London lagi?" Walter duduk di samping Apple bersamaan dengan Apple yang kembali duduk di tempatnya.
"Tidak, kami habis merayakan ulang tahun di Sheffield dan kami di sini untuk mendaftarkan Angel. Aku masih tinggal di New York." Ucap Apple.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
RomanceBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.