London City
Angel berjalan pelan menyusuri koridor sekolah yang begitu ramai. Dia merapatkan jaketnya dan sejauh mata memandangan dia hanya bisa melihat puluhan bahkan ratusan anak-anak berlalu lalang bersama orangtua mereka-ya, orangtua. Di sekolahnya sedang diadakan acara kesenian dan semua orangtua diundang untuk menghadiri acara tersebut. Gadis kecil itu menatap teman-temannya dengan iri, andaikan ibunya ada di sana.
"Hey, Angel!" seseorang menepuk bahunya dari belakang dan itu membuat Angel menoleh untuk melihat siapa orang itu.
Angel tersenyum tipis. "Walter." Ucapnya pelan seraya kembali melangkahkan kakinya menuju ujung koridor.
Walter mengikuti gadis kecil itu. "Bagaimana kabarmu hari ini?"
Angel menghela napas panjang. "Menurutmu?"
Walter ikut menyandarkan tubuhnya di pagar sehingga mereka bisa melihat jika di bawah sana semakin banyak orangtua murid yang datang. "Kudengar kau sakit kemarin."
"Aku sudah lebih baik."
Sebuah senyuman muncul di wajah bocah lelaki iu. "Syukurlah kalau begitu."
"Di mana orangtuamu?" tanya Angel.
Walter menatap teman perempuannya itu. "Mereka akan menyusul. Bagaimana denganmu?"
Angel tidak menjawab.
"Maaf."
Angel melangkah menjauh dari Walter. "Aku akan ke kedai di seberang jalan untuk sarapan."
"Aku ikut!" seru Walter seraya menyusul dan menyejajarkan langkahnya dengan gadis kecil itu.
Angel menghentikan langkahnya dan menoleh ke samping. "Orangtuamu akan datang dan mereka akan mencarimu jika mereka tidak menemukanmu. Pergilah dan duduk di tempatmu sehingga mereka akan dengan mudah menemukanmu, Walter." Ucapnya.
"Angel, tapi..."
"Aku tidak mau berbicara denganmu. Tinggalkan aku sendiri!" Angel menaikkan intonasi suaranya dan itu membuat Walter terdiam kemudian gadis kecil itu melanjutkan langkahnya.
"Aku ini sahabatmu, bukan? Tidakkah kau merasa jika orangtuaku adalah orangtuamu juga?" ucap Walter.
Angel berhenti sejenak namun kembali melangkahkan kakinya beberapa detik kemudian.
"Oke, fine! Aku tidak mau berbicara denganmu juga!" seru Walter.
Angel terus menatap ke seberang jalan di mana gedung sekolahnya berada. Dia kembali memeriksa ponselnya namun tidak ada satu pesan pun yang masuk ke dalamnya. Ya, ada beberapa pesan tapi itu dari ibunya dan dia sedang mengharapkan balasan dari ayahnya.
Mungkin ini yang terbaik untukmu
Aku hanya ingin yang terbaik untukmu
Dan jika ini bukan yang terbaik maka kau takkan bisa ke mana-mana
Aku mencoba memutus ikatan ini dan aku malah terluka karenanya
Seolah kau siramkan garam di atas lukaku
Meskipun kutahu apa yang salah
Bagaimana bisa aku merasa begitu yakin jika kau tak pernah mengatakan apa yang kau rasakan
Aku pasti telah menggenggam tanganmu dengan begitu erat sehingga aku tidak bisa melawan
Kukira kau membutuhkan waktu tuk sembuhkan diri
Kau bisa membalut lukamu tapi tidak berarti kau bisa sembuhkan hatiku
Kau tidak bisa memulihkan apa yang telah hancur
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
RomanceBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.