#39 - Untitled

561 114 36
                                    

London City

Aku tidak akan membiarkanmu menghujaniku dengan sejuta kekesalanmu itu dan terus-menerus memojokkan dan menyalahkan aku karena lalai menjaga putriku. Kau tidak tahu. Kau tidak pernah tahu jika aku telah berubah. Batin Niall seraya meletakkan ponselnya di dalam laci saat dia terus melihat nama Daisy di layarnya lalu pria itu bergegas mengambil kunci mobilnya dan pergi meninggalkan rumah.

Niall melajukan mobilnya menuju sekolah putrinya untuk menjemput gadis kecil itu. Dia sudah membicarakannya dengan Angel sebelumnya. Niall tiba lebih awal di sekolah Angel dan dia bergegas menemui guru konseling Angel setelah sebelumnya membuat janji untuk bertemu. Ya, Niall melakukan apa yang Daisy minta, dia membicarakan tentang Angel dengan gurunya. Hanya dengan cara itu dia bisa mengetahui bagaimana putrinya di sekolah. sebelumnya dia tidak pernah melakukan itu dan di saat terjadi sesuatu kepada Angel, di situlah dia merasa gagal dalam mengawasi putrinya. Namun kini dia melakukannya, dia ingin mencoba menjadi orangtua yang lebih baik terutama untuk Angel yang sepenuhnya adalah tanggung jawabnya. Sekarang di telah sadar akan tanggung jawab Angel yang selama ini dia emban dan sering dia abaikan.

“Terima kasih untuk semua informasinya, Mrs. Margareth. Jika sesuatu terjadi kepada putriku maka jangan segan untuk segera menghubungi aku.” Ucap Niall seraya bangkit dari kursinya.

Wanita itu—Mrs. Margareth yang tidak lain adalah guru konseling di sekolah Angel ikut bangkit dari kursi nyamannya. “Kembali kasih, Mr. Horan dan terima kasih untuk waktumu, aku senang melihatmu menyempatkan untuk datang di tengah kesibukanmu.”

“Sekali lagi terima kasih.” Ucap Niall seraya mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Mrs. Margareth. “Aku akan sekalian menjemput Angel karena ini waktunya dia pulang.”

Mrs. Margareth mengangguk seraya tersenyum. “Ya, kau benar. Sepuluh menit lagi sampai bel sekolah berbunyi.”

“Aku permisi.” Niall membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan konseling itu.

Niall berjalan menuju ruang kelas yang diyakininya adalah kelas yang dihadiri Angel dan merupakan kelas terakhirnya hari ini. Dia duduk di bangku di depan kelas itu sambil memainkan ponselnya. Pria itu tampak asik dengan ponselnya dan esekali pria itu tersenyum menatap layarnya dan tidak terganggu dengan suara bel yang telah berbunyi dan suara riuhnya anak-anak yang berhambur keluar dari ruang kelas mereka.

“Angel, itu ayahmu!” terdengar suara seorang anak lelaki dan itu membuat Niall mengalihkan pandangannya dari ponselnya kepada anak itu.

Niall bangkit dari dan memasukkan ponselnya ke dalam saku seraya tersenyum. “Kalian sudah selesai?”

Angel memeluk Niall dengan begitu erat. “Dad.” Ucapnya lirih.

Niall mengelus kepala putrinya itu dengan halus. “Ada apa? Bagaimana ujiannya?”

Angel mendongakkan kepalanya menatap ayahnya dari bawah sana. “Aku merindukan Daddy.”

Niall membungkukkan tubuhnya dan mencium kening gadis kecil itu. “Daddy juga. Kita akan menghabiskan waktu bersama hari ini, kita akan melakukan apapun yang kau inginkan. Jangan bersedih, oke?” bisik Niall.

Angel mengangguk pelan. “Iya, tapi aku ingin Walter ikut bersama kita.”

Niall menegakkan tubuhnya dan tersenyum. “Baiklah. Ayo!”

“Walter, aku ingin kau ikut makan siang bersama kami.” Ucap Angel seraya menggenggam tangan bocah itu dan mereka mulai berjalan bersama menuju tempat parkir.

Angel terlihat sangat senang melihat keberadaan Niall di sana. Rasanya sudah begitu lama semenjak pertemuan terakhir mereka dan ini terasa berbeda dengan kepergian Niall dari rumah untuk tour. Entahlah, tapi gadis kecil ini merasa ini sangatlah berbeda. Dia ingin menutup mata jika ayahnya lebih memilih pulang kepada Barbara dan putrinya. Dia juga tidak ingin peduli jika ayahnya pergi untuk tour atau tidak, dia hanya ingin menganggapnya seperti itu.

Incomplete 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang