#29 - Owned

855 169 8
                                    

Aku terjebak dalam menulis lagu-lagu hanya untuk melupakan apa yang sebenarnya terjadi

Dan kata-kata ini membuatku semakin gila bahwa aku tidak berpikir aku bisa menemukan jalan keluar

Aku tidak bisa bernapas bersamamu seperti yang aku butuhkan dan setiap kata yang kuucapkan tak berarti apa-apa

Aku menghitung semua hal yang aku bisa telah lakukan untuk membuatmu mengerti

Bahwa aku menginginkan kita menjadi apa yang aku impikan. Aku ingin kau tahu bahwa aku rela mati untukmu

Jadi, kunyanyikan lagu ini untukmu untuk yang terakhir kalinya dan hatiku hancur memikirkan hari-hari yang aku lalui tanpamu dan tak ada yang tertinggal untuk bisa membuktikan

Dan jika kau sendiri, pastikan jika kau tidak kesepian karena jika itu terjadi aku akan menyalahkan diriku sendiri untuk tidak pernah ada di sana

Aku tahu aku bukanlah orang satu-satunya yang akan memerlakukanmu seperti yang seharusnya kau dapatkan—apa yang kau pantas dapatkan

Daisy tersenyum simpul membaca tulisan di kertas itu. Dia memandang pria di sampingnya—pria yang memberikannya kertas itu yang tidak lain adalah Niall Horan. Niall menggeser posisisnya sehingga mereka lebih dekat sekarang.

“Tidakkah aku selalu romantis?” bisik Niall dengan seringaian di wajahnya.

Daisy menahan tawa. “Kau membuatku seperti kita berada dalam sebuah hubungan terlarang.” Dia terkekeh.

Niall memutar mata. “Oh, God! Yang benar saja.”

“Memang begitu, Niall. Tidakkah kau ingat kita berdua sama-sama memiliki pasangan. Berhenti bersikap sok romantis.” Daisy tertawa.

Diam.

Niall membuang muka ke arah lain seakan ingin mengatakan sesuatu yang dia tidak bisa katakan. “Bisakah kita lupakan jika kita sama-sama memiliki pasangan di luar sana?” dia memecah keheningan kemudian menoleh ke arah Daisy dan memandang wanita itu lagi. “Sungguh yang kuinginkan saat ini hanyalah menghabiskan waktu ini bersamamu—selagi aku masih bisa melihatmu, memandang kedua matamu dan memelukmu. Merasakan hembusan napasmu saat tidak ada jarak di antara kita, merasakan detak jantungmu ketika aku memelukmu. Sungguh, aku merindukan saat-saat itu—saat di mana kita masih terikat dengan kedua cincin yang melingkar di jari-jemari kita.”

“Niall…” Daisy mengusap punggung Niall seakan mencoba untuk menenangkannya—seakan dia mengerti apa yang pria ini coba untuk sampaikan, sedikitnya dia pun memiliki keinginan yang sama.

Niall menarik napas dan menghembuskannya dengan berat. “Sungguh aku ingin kembali memilikimu, kembali padamu, kembali ke pelukanmu, menghabiskan sisa hidupku bersamamu karena aku tidak pernah menemukan wanita lain yang seperti dirimu, meskipun aku mencari sampai ke ujung dunia pun tidak akan sama persis sepertimu. Tidakkah ini semua cukup untuk membuktikan jika aku masih sangat mencintaimu?”

“Ada apa denganmu?” tanya Daisy, wanita ini mulai khawatir jika sesuatu telah terjadi kepada Niall.

Niall menggelengkan kepalanya. “Sudahlah, lupakan saja. Besok kau akan kembali ke New York, sebaiknya kau istirahat. Aku akan menjemput ibuku, dia akan tinggal di sini  bersama Angel mulai malam ini.” Ucap Niall seraya bangkit dari tempat duduknya.

“Boleh aku ikut?” tanya Daisy dan hal itu membuat Niall menghentikan langkahnya.

Niall tersenyum seraya menganggukkan kepalanya mengizinkan. “Tentu saja.”

Niall berjalan masuk terlebih dahulu lalu diikuti Daisy di belakangnya. Daisy pergi ke kamarnya untuk mengambil mantel karena udara di luar cukup dingin. Niall mengetuk pintu kamar anak-anaknya yang sudah tidak terdengar suara, sepertinya kedua bocah itu sudah tertidur.

Incomplete 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang