New York City
"Daisy, aku sangat meminta maaf aku tidak bisa menemani Dave, kuharap Dave tidak merepotkanmu." Ucap seorang wanita di telepon.
"It's okay, Cat. Aku izin beberapa jam dari kantorku. Kau tahu, ini mimpi anak-anak kita." Jawab Daisy.
"Aku sangat berterima kasih karena kau mau mendukung cita-cita anakku dan anakmu juga."
"Aku bangga dengan ini, sungguh."
"Baiklah, nanti malam aku mengundangmu untuk makan malam bersama kami, di rumah kami. Bagaimana? Kau tentu bisa datang, bukan?"
"Tentu saja."
"Sampai jumpa nanti malam. Bye."
"Bye."
Daisy menghampiri puteranya dan sahabatnya, well bisa dibilang begitu, bukan? Hubungan Apple dan Dave? Bahkan mereka bersahabat sejak hari dimana mereka pertama kali bertemu. Mereka di sana—di sebuah penerbit komik yang cukup terkenal di New York. Mereka dipanggil hari ini untuk membicarakan tentang komik mereka yang akan segera masuk tahap percetakan. Itu keren, bukan?
Akun medial sosial yang Apple dan Dave buat bersama kini sudah memiliki sembilan ribu pengikut dan bahkan beberapa dari mereka sudah memulai melakukan pre-order saat mereka mendengar jika proyek komik terbaru yang mereka telah kerjakan beberapa bulan yang lalu akan dicetak.
"Daisy, silakan masuk." Ucap seseorang sesaat setelah pintunya terbuka.
Daisy dan kedua bocah itu masuk dan segera duduk di tempatnya saat mereka dipersilakan. Seorang pria duduk di seberang meja mereka—sepertinya dia bossnya dan Cher; editor Apple dan Dave duduk di sisi meja yang lain.
"Guys, terima kasih telah menyelesaikan komik ini tepat waktu, bahkan sebelum deadline kita." Ucap Cher memulai pembicaraan.
"Kami keren, bukan?" sahut Dave dengan cengiran lebar di wajahnya.
"Absolutely, kids!" seru pria di seberang mereka dan perhatian langsung terpusat padanya. "Perkenalkan, aku David."
"Hey, namaku juga David!" seru Dave.
Apple menyenggol Dave dengan sikunya lalu berbisik, "Jangan mempermalukan kita, oke?"
"Ha ha ha!" Pria bernama David itu tertawa, "Tidak apa, nak. Aku senang dengan sikapnya yang seperti itu. Dia pasti sangat periang, ya?"
"Bukan sangat, tapi terlalu." Jawab Apple sarkastik.
"Jadi, bagaimana hasil ujian kalian? Kudengar jika ibu kalian akan marah jika nilai kalian sampai turun karena proyek ini."
Siapa mengatakan itu? Batin Daisy. "Kalian mengatakan itu?" tanya Daisy.
"Aku yang mengatakannya," jawab Dave. "Itu benar, kan, tante? Dan kami sudah memenuhi janji kami, walau pun kami menyelesaikan ini sedikit lambat. Dan Paman David, kami dapat nilai bagus di sekolah. Apple yang pertama." Ucap Dave.
Sebuah senyuman lebar tidak pernah hilang dari wajah David mendengar ucapan Dave. "Bagus sekali, bagaimana denganmu, Dave?"
"Jangan tanyakan aku, aku selalu dalam dua puluh besar, dan ini pencapaian terbaikku aku di kelima belas." Jawab Dave dan semua orang di ruangan tertawa karena ucapannya. "Terima kasih, mate telah membantuku dalam pelajaran di sekolah." ucap Dave kepada Apple.
"Kembali kasih." Apple tersenyum.
"Dan Paman, kau tahu? Aku terkadang merasa bingung mengapa Apple ini sangat pintar." Ucap Dave.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
RomanceBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.