#65 - All we ever wanted

193 35 57
                                    

"Hello? Das, apa kabar?"

Diam.

"Das, kau baik-baik saja? Aku ingin membicarakan sesuatu."

Diam.

"Das, kau di sana?"

"Jangan hubungi Daisy."

"Niall?"

"Ya, ini aku Niall." Ucap Niall. Ya, Niall mencuri jawab panggilan di ponsel Daisy saat wanita itu tidak di sana dan ponselnya ia tinggalkan di meja ruang TV. Daniel, nama yang tertera di layar saat sebuah panggilan masuk ke ponsel milik Daisy, Niall tanpa ragu menjawabnya.

"Niall, tolong berikan ponselnya kepada Daisy. Aku ingin berbicara dengannya."

Niall memeriksa sekitar, berharap Daisy belum akan kembali. "Tolong berhenti menghubungi Daisy." Ucap Niall.

"Ada hal penting yang ingin aku sampaikan padanya."

"Apa? Kau bisa katakan kepadaku."

Daniel terdengar gusar di seberang sana, "Aku tidak bisa mengatakannya kepadamu."

"Aku mohon dengan hormat, Daniel, berhenti menghubungi Daisy. Tidakkah kau ingin melihatnya bahagia bersama kedua anaknya?"

"Niall, sungguh aku harus berbicara dengannya." Ucap Daniel di seberang sana. "Ada apa denganmu, Niall? Berikan ponselnya kepada Daisy sekarang."

"Kau harus berhenti."

"Mengapa?"

"Karena dia sudah menerimaku kembali. Berhenti mengganggunya." ucap Niall lalu memutus sambungan teleponnya tanpa membiarkan Daniel mengucapkan kata terakhirnya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul Sembilan malam. Daisy sudah pergi tidur bersama Angel tetapi Niall tidak melihat Apple di tempat tidurnya. Niall baru saja membuat teh panas saat ia melihat keluar melalui jendela, Apple sedang duduk di bangku teras. Niall menuangkan teh di cangkir yang lain lalu membawanya keluar.

"Kau sedang apa, jagoan?"

Apple mengangkat wajahnya lalu tersenyum, "Menggambar."

"Boleh Daddy bergabung?"

Apple mengangguk, "Tentu."

"Teh untukmu." Niall meletakkan secangkir teh tepat di hadapan Apple.

"Terima kasih."

Niall melihat apa yang digambar Apple di bukunya. "Kau menggambar apa?"

Apple menunjukkan buku gambarnya kepada Niall. "Wow." Niall bedecak kagum melihat apa yang digambar putranya. "Kau pandai sekali. Kau belajar dari mana?" tanya Niall.

"Dave."

"Siapa Dave?"

Apple membulatkan kedua matanya, "Daddy lupa? Dia temanku. Daddy pernah bertemu dengannya."

"Oh ya?"

Apple menggelengkan kepalanya, "Dave akan sangat sedih jika dia tahu Daddy melupakannya." Ucap Apple.

"Mengapa?" tanya Niall, "Daddy bertemu banyak orang, Daddy tidak mengingat mereka semua."

"Mommy-nya Dave mengidolakan Daddy."

"Mommy-nya?" tanya Niall.

Apple mengangguk, "Dave juga, dia berbicara banyak tentang Daddy dan One Direction saat kami pertama kali bertemu."

Incomplete 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang