#48 - Inevitable

216 52 11
                                    

Angel mendapatkan kembali kesadarannya namun dia masih sangat mengantuk. Saat dia terbangun, dia mulai bersemangat karena dia tahu pasti sekarang dia sudah di New York. Angel mengucek kedua matanya untuk mendapatkan penglihatan yang lebih jernih tapi dia merasa ada yang berbeda. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, ini bukan kamar yang dia kenal. Dia bergegas turun dari tempat tidur dan berjalan keluar. Dia tidak menemukan siapa pun.

Rumah siapa ini? Batinnya. Dia terus berjalan sampai pada akhirnya dia menangkap suara orang yang sedang bercakap-cakap. Angel terus berjalan hingga dia tiba di suatu ruangan, ruangan TV dia melihat dua orang duduk di sofa; itu ayahnya dan istrinya, mereka sedang menonton TV bersama sambil berbincang.

"Dad." Ucap Angel dengan suaranya yang masih serak.

Suara Angel membuat kedua orang itu menoleh, Barbara tersenyum. "Hey, sayang, kau sudah bangun? Ke marilah menonton TV bersama kami." Ucapnya ramah.

Angel hanya terdiam. Mengapa dia di sini?

Melihat Angel yang mematung, Niall berdiri dan menghampiri gadis kecil itu. Pria itu berlutut di hadapan putrinya, "Kau haus?" tanyanya seraya mengusap kepala putrinya.

"Mengapa kita ada di sini, Dad? Ini bukan New York, kan?" tanya Angel dengan suara bergetar, dia tahu ayahnya membohonginya lagi.

"Kita di LA, Angel." Jawab Barbara. "Babe, kau belum memberitahunya?" tanya Barbara kepada Niall.

"Daddy bisa jelaskan ini, sayang." Bisik Niall.

Angel sudah tak kuasa menahan tangisnya. Dia membayangkan saat dia terbangun dia sudah berada di rumah ibunya lalu bertemu Apple, atau dia terbangun di sebuah kamar hotel seperti yang biasa dia dan ayahnya lakukan. Dan sekarang mereka di sini, di Los Angeles, rumah Barbara. Niall menghapus air mata yang menuruni pipi putrinya lalu memeluknya dan mengangkatnya ke dalam gendongan. Niall membawanya ke kamar—kamar dimana Angel terbangun dari tidurnya.

Niall duduk di tepi tempat tidur dengan Angel masih di atas pangkuannya, Angel terus menangis hingga membuat baju Niall basah, "Daddy bisa jelaskan mengapa kita di sini, princess." Bisik Niall lagi.

"Daddy berbohong padaku, Daddy mengatakan kalau kita akan ke New York untuk berlibur bersama tapi sekarang lihat, Dad! Di mana kita!" pekik Angel.

Niall mengusap punggung Angel naik turun dan menangkupkan wajah Angel lebih erat di tubuhnya, "Kita harus di sini supaya kita bisa memiliki liburan bersama." Ucap Niall dengan lembut—bahkan teramat lembut. "Ke Disneyland bersama Mommy, Apple dan Daddy."

"Daddy bohong!" Angel enggan percaya dengan ucapan ayahnya.

Niall mengangkupkan wajah Angel dengan kedua tangannya sehingga gadis kecil itu menengadah menatapnya dari bawah sana, "Kau berjanji untuk membantu Daddy, bukan? Daddy ingin sekali berlibur bersama kalian dan menepati janji yang telah Daddy ingkari berkali-kali, Daddy dan Barbara sudah memiliki kesepakatan bahwa Daddy boleh pergi asalkan kita—kau mau berlibur dengannya dulu."

"Apakah yang Daddy katakan itu benar?" tanya Angel.

Niall mengangguk, "Maka dari itu bersikap baiklah kepada Barbara, oke?"

"Bagaimana jika aku tidak mau?" tanya Angel.

Niall mendesah pelan, "Maka Daddy akan melewatkan liburan bersama kalian lagi."

"Aku mau bersikap baik asalkan..." Angel menggantung kalimatnya di udara.

Niall menatap putrinya, "Asalkan?"

"Holy selalu ikut bersama kita."

Niall tersenyum seraya mengangguk, "Baiklah." Jadi diam-diam Angel menyenangi Holy?

Incomplete 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang