Niall dan Daisy berpikir keras tentang bagaimana Angel nantinya. Dia akan tinggal bersama siapa dan di mana. Daisy telah berbicara kepada Maura namun, sekali lagi, Maura memohon kepada Daisy untuk tidak membawa Angel pergi. Daisy tidak bisa melihat Maura memohon padanya seperti itu. Kini, mereka berdua harus memikirkan tentang bagaimana Angel ke depannya.
"Berkirim pesan dengan siapa?" tanya Daisy saat melihat Niall terlalu sibuk dengan ponselnya bahkan, saat Daisy mengajaknya berbicara, Niall seakan tidak mendengar dan terus mengabaikannya.
Yang diajak berbicara mengangkat wajahnya kemudian menunjukan sebuah cengiran. "Bukan siapa-siapa."
"Aku ingin mengambil minum." Ucap Daisy seraya bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Niall sendirian di ruangan itu.
Melihat Daisy telah meninggalkan ruangan, Niall semakin sibuk dengan ponselnya tanpa menghiraukan keadaan sekitarnya. Dia bangkit saat ponselnya berdering. Dia berjalan menuju balkon sebelum menjawab telepon itu.
"Halo." Ucap Niall memulai pembicaraan dengan seseorang di seberang teleponnya. "Kau sudah mendapatkan hasilnya? Bagaimana?" dia tampak terdiam untuk beberapa menit—cukup lama seakan memahami apa yang lawan bicaranya coba sampaikan padanya. "Just take it slow. Jadi, benar-benar negatif, kan?... oke, sampai jumpa."
Sebuah senyuman kepuasan tampak di wajah pria itu. Niall memasukkan ponselnya ke dalam saku dan menyusul Daisy turun. Dia mencari Daisy di dapur namun tak kunjung menemukannya. Dia melihat ibunya dan Ashley sedang mengobrol namun Daisy masih tetap tidak terlihat di sekitaran.
"Niall, kau mau ke mana?" tanya Ashley saat menyadari kehadiran Niall.
Niall mengedarkan pandangannya ke sekitaran. "Di mana anak-anak?" tanyanya.
"Bukankah mereka di kamar?" tanya Ashley.
Maura membenarkan posisi kacamatanya. "Jika kau mencari Daisy juga, dia ada di belakang."
"Terima kasih." Niall bergegas pergi ke belakang rumah.
"Lihat, dia masih sangat berharap kepada Daisy. Kau harus lihat itu dari bagaimana dia menatap putrimu dan bagaimana dia memerlakukannya." Ucap Maura diiringi kekehan pelan.
Ashley tersenyum. "Tapi kau tahu kalau putriku itu sedikit keras kepala."
"Semoga akan ada jalan yang membawa mereka kembali bersama. Jika Barbara tidak di sini kemarin, maka Niall pasti sudah memohon untuk bisa menginap di sini. Percaya padaku." Ucap Maura.
"Kau benar. Terakhir kali dia datang bersama Daisy dan anak-anaknya, dia terlihat sangat kaku tapi di sela-sela kebersamaan mereka, aku bisa melihat Niall mencuri pandang kepada Daisy."
***
"Apple, mengapa kau terlihat murung dua hari terakhir ini?"
Apple menoleh kepada lawan bicaranya. "Aku baik-baik saja."
"Seharusnya kau senang karena Daddy dan Mommy ada di sini bersamamu, untuk merayakan ulang tahun bersamamu."
Apple menatap lurus ke depan. "Awalnya juga kupikir aku akan senang, tapi nyatanya tidak." Apple menarik napas panjang kemudian menghembuskannya.
"Saat dunia memberimu alasan untuk menangis, tapi kau punya ribuan alasan untuk tersenyum, Apple. Tersenyumlah."
"Aku memang memiliki ribuan alasan untuk tersenyum namun, semua alasan itu telah dipadamkan."
"Siapa yang berani memadamkan kebahagiaanmu?"
"Daddy."
"Apa?!" lawan bicaranya tampak terkejut. Mulutnya membulat seperti huruf o dan matanya terbelalak. "Bagaimana bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
RomanceBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.