Los Angeles City
"Yay! Aku mengalahkan Daddy lagi!" seru Apple seraya mengangkat tangannya ke atas.
Niall meletakkan controller di atas pahanya. "Kau pandai sekali. Kau main playstation setiap hari, ya?" Tanya Niall mengintimidasi.
Apple menoleh ke samping lalu menggeleng, "Tidak."
"Daddy tidak percaya."
Apple menaikkan alisnya, "Daddy hanya mencari alasan karena tidak bisa menerima kekalahan." Ledek Apple.
Tawa Niall pecah, "Ha ha ha. Kemarilah, berikan Daddy pelukan."
Apple beringsut ke dalam pelukan Niall saat pria itu membuka lebar lengannya, "I love you."
"Love you too."
Niall membungkus Apple dengan lengannya. Mereka menghabiskan waktu untuk bermain playstation saat mereka telah sepakat untuk tidak pergi ke mana-mana. Angel, dan ya gadis itu memiliki kesibukannya sendiri. Entah apa yang sedang gadis kecil itu lakukan. Kedua pria ini belum melihat gadis kecil itu di sekitaran selama dua jam terakhir.
"Dad, aku pernah tinggal di sini?" Tanya Apple memecah keheningan di antara mereka.
Niall mengusap kepala putranya, "Kau mungkin tidak mengingatnya tetapi untuk beberapa bulan kita pernah tinggal di sini."
"Daddy benar, aku sama sekali tidak ingat." Jawab Apple.
"Kau tidak mungkin ingat, kau masih sangat kecil saat itu." Ucap Niall. "Saat itu Daddy ada pekerjaan di sini dan Daddy tidak ingin meninggalkan kalian terlalu lama, setelah berdebat panjang dengan Mommy kalian akhirnya dia mau ikut ke sini." Kenang Niall.
Apple mendongakkan kepalanya, "Apakah itu artinya menyakinkan Mommy memanglah hal yang sulit sejak dulu?"
Niall menatap putranya dan mengangguk, "Kau benar."
"Tapi Mommy selalu tahu yang terbaik untuk kita."
Niall tersenyum, "Kau juga benar."
"Tapi Daddy hebat, Daddy tahu?"
"Mengapa?"
"Daddy bisa mendapatkan Mommy pada akhirnya." Ucap Apple begitu bersemangat. "Daddy hebat."
Niall tersenyum ironi, meskipun aku harus kehilangannya lagi. "Thanks, bud."
"Aku dan tim sekolahku memenangkan turnamen antar sekolah dua bulan yang lalu." Ucap Apple—membuka ceritanya.
"Oh ya? Keren!" Niall berdecak kagum—mencoba terlihat seantusias mungkin dengan cerita putranya. "Turnamen apa?"
"Sepak bola."
"Kau suka sepak bola?" Tanya Niall.
Apple mengangguk, "Ya, aku ikut klub sepak bola di sekolahku."
"Hmm..."
"Ada apa, Dad?"
"Daddy ingin kau bermain golf."
Apple menegakkan tubuhnya, "Tidak bisa, Dad."
Niall menekuk kedua sudut bibirnya ke bawah, "Daddy sudah membayangkan pergi bermain golf bersamamu. Tidak apa, kita bisa menonton pertandingan bola atau memancing bersama."
Apple tampak menahan tawa, bocah itu menangkupan wajah ayahnya dengan kedua tangannya. "Daddy lucu sekali. Aku tidak bisa bermain golf karena di sekolah tidak ada klub golf. Ha ha ha. Dan Daddy bilang Daddy akan mengajariku bermain golf." Ucap bocah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
RomanceBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.