Important author note in the end of this chapter! Read!
***
London City
Niall terbangun pagi ini karena suara tangis bayi yang terus-menerus mengganggu tidur nyenyaknya. Dia membuka matanya dan melihat Barbara masih tertidur di sampingnya. Niall mengubah posisinya menjadi telungkup dan menaruh sebuah bantal di atas kepalanya.
"Barbara, bayimu." Gumam Niall dengan suara seraknya. Dia masih enggan untuk bangun karena dia terlalu malas. "Barbara!" ucapnya Niall geram saat dia tidak merasakan apapun di kasurnya. Barbara masih belum bangkit untuk menggendong bayinya.
Niall mendengus kesal—marah tepatnya dan menatap Barbara dengan tatapan elangnya saat wanita itu hanya terus berbaring sambil menatap langit-langit. Dia bahkan, sudah bangun dari tadi dan Niall tahu itu. Niall berjalan menuju tempat tidur bayinya dan melihat keadaan bayi itu, dia terus saja menangis dan itu membuat Niall kesal. Niall mengangkatnya dan mengayunkannya pelan. Dia memasukkan dot ke dalam mulut bayi itu sehingga dia terdiam.
Niall membawa bayi itu kepada ibunya. Niall duduk di samping Barbara yang kini tengah duduk di tepi tempat tidur.
"Niall." Ucap Barbara.
"Hmm."
"Mengenai kelinci itu. Kurasa Allen yang telah melepaskannya dan... membunuhnya." Ujar Barbara dan itu membuat Niall menoleh untuk menatapnya. "Mungkin, aku tidak tahu." Ucapnya saat sadar jika Niall tengah menatapnya.
"Dia datang?" tanya Niall.
Barbara mengangguk pelan. "Kemarin lusa, saat kau tidak di sini." Wanita itu menarik napas panjang sebelum kembali berbicara. "Mereka akan pindah dan mereka mengunjungiku dulu. Aku merasa tidak enak kepada putrimu."
"Senang mengetahui jika kau memedulikan putriku juga." Ujar Niall sarkastik. "Aku mau mandi." Niall menyerahkan Holy kepada ibunya dan meninggalkan Barbara yang masih terdiam mendengar ucapannya tadi. Niall berbalik sebentar dan berkata, "Dan mengenai kelinci itu, lupakan saja karena Angel sudah melupakannya."
Aku memedulikan putrimu, Niall. Aku melakukannya. Hanya saja putrimu tidak pernah menghiraukan kehadiranku di rumah ini. Batin Barbara.
***
Niall duduk di sebuah café sambil menikmati latte. Sesekali dia memandang ke luar jendelanya. Sudah hampir setengah jam dia duduk di sana, sendirian. Dia melirik kepada ponselnya yang bergetar di atas meja namun, mengabaikannya. Kata-kata yang diucapkan Barbara terngiang di telinganya.
Aku yang menyebabkan Angel melompat dari balkon. Aku yang memutus sambungan teleponnya saat dia menelepon Daisy dan itu membuatnya kesal dan sedih. Aku tahu aku bersalah tapi kau tahu aku melakukan itu karena apa? Karena aku cemburu. Mengapa aku tidak bisa memiliki tempat di hati putrimu? Dia bahkan, tidak pernah memanggilku Mommy.
"Niall!" dia mendengar seseorang meneriaki namanya namun, dia tidak begitu memedulikannya karena dia pikir mungkin ada Niall lain di café itu. "Hey!" seseorang menggebrak mejanya dan itu membuatnya terkejut. Pun dia mengangkat wajahnya untuk melihat siapa orang itu.
"Kau." Dia kembali membuang muka ke arah jendela.
Orang itu duduk di seberang Niall tanpa meminta izin terlebih dahulu. "Pelayan! Capuccino latte dan cheesecake." Orang itu berbicara kepada pelayan lalu mengalihkan perhatiannya kepada pria di hadapannya. "Apa kabar?" tanyanya.
"Baik, kurasa. Kau?" Niall mengalihkan pandangannya kepada lawan bicaranya.
"Kurasa? Kau baik atau tidak?" orang itu terkekeh geli mendengar jawaban Niall yang ragu. "Aku baik, well, sangat baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
Roman d'amourBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.