Los Angeles City
Angel mendapatkan kembali kesadarannya secara perlahan. Gadis kecil itu mulai membuka matanya yang kini masih terasa lengket namun dia tidak bisa kembali tidur meski dia mencobanya. Angel berguling ke samping dan tangannya menemukan tubuh yang dia rasa tidak asing baginya. Angel menoleh ke samping dan melihat ayahnya sedang tertidur di sampingnya. Ini tidak seperti biasanya, ayahnya akan menemaninya tidur jika ia memintanya namun kali ini tidak.
Angel mulai tersadar di mana ia sekarang namun belum mengetahui dengan pasti di mana tempat itu. Gadis itu mengedarkan pandangannya mengelilingi ruangan yang ia sebut sebuah kamar. Suasananya cukup remang namun ia bisa melihat jam digital yang menyala di nakasnya menunjukan pukul 8.50 PM. Ini masih sangat awal dan ayahnya sudah tertidur dengan lelap—sepertinya kelelahan. Di tengah cahaya yang minim Angel bisa menemukan sebuah figura besar tertempel di dinding namun ia tidak bisa melihat potret siapa di dalamnya namun ia cukup yakin jika ia mengenal wajah itu.
Angel kembali menoleh ke arah ayahnya, ia ingin sekali membangunkan pria itu namun ia tidak tega. Ayahnya akan pergi tidur lebih awal jika dia sangat lelah dan Angel tidak ingin mengganggunya. Gadis itu bangkit dan menuruni tempat tidurnya—mencoba pergi keluar untuk menemukan sesuatu yang mungkin bisa ia makan karena dia sangat lapar namun ia tidak yakin ia akan menemukannya.
Aku berada di mana?
Angel membuka pintu besar kamar itu dan mengecek suasana di luar. Ia tidak menemukan siapa pun, ia melihat ruangan yang cukup besar yang hanya diterangi oleh beberapa lampu yang tertempel di dinding. Di sebelah kiri ia melihat lorong yang cukup luas. Ia memerhatikan sekeliling dan menemukan sebuah figura besar yang ia sangat kenal potret orang-orang di dalamnya.
Keluargaku. Angel tersenyum kepada dirinya sendiri dan di saat itu pula ia sadar ia berada di mana—rumah mereka di LA. Angel menepuk kepalanya sendiri, bagaimana ia bisa tidak menyadari clue yang diberikan ayahnya saat pria itu mengatakan jika dia pasti menyukai tempatnya dan Christian mengatakan jika itu adalah tempat yang nyaman.
"Ini bahkan lebih dari nyaman, ini sangat amat nyaman. Ya Tuhan! Aku tidak percaya aku akan berada di sini bersama dengan keluargaku lagi." Ucap Angel kepada dirinya sendiri. "Aku lapar." Ucapnya seraya berjalan melewati koridor dan kini ia tahu ia harus pergi ke mana, dia akan menemukan dapurnya.
"Angel?" suara yang cukup familiar tertangkap oleh indera pendengaran gadis kecil itu.
Angel berhenti menuang susu di gelasnya lalu menoleh ke belakang. "Uncle, aku lapar." Ucapnya.
"Kau pasti tahu di mana kau bisa menemukan banyak makanan, bukan begitu? Kau pasti masih ingat betul tempat ini." Ucap Christian seraya berjalan menghampiri gadis kecil itu.
Angel tersenyum seraya mengangguk, "Tentu. Mengapa aku tidak berpikir tentang rumah ini sama sekali."
"Kau terlalu sibuk dengan pikiran jika kau akan berlibur ke New York, bukan?"
Angel tertawa, "Ya, aku tidak sabar untuk bertemu Mommy dan Apple, aku sangat merindukan mereka."
"Aku juga sudah tidak sabar ingin memotret kalian." Sahut Christian.
Angel membulatkan mulutnya membentuk huruf o. "Seriously, Uncle? Apakah Daddy meminta Uncle untuk memotret kami?"
"Ya." Christian mengangguk.
"Whoo-hooo!" Angel berseru bahagia. "Untuk pertama kalinya setelah orangtuaku berpisah kami akan mengambil foto bersama. Aku tidak percaya ini." Ucap gadis kecil itu.
"Hanya jika Daisy bersedia."
Ucapan Christian membuat air muka Angel berubah seketika. Betul juga. "Semoga saja aku tidak akan kecewa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
RomanceBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.