EXTRA PART #1

29.7K 4K 3.1K
                                    

Masih ada yang simpen PIAD di library gak?

Seperti janjiku di instagram, aku buatin extra part untuk kita semua!!!

Siapa yang kangen? Coba absen di sini!

Extra part? Okelah. Tapi ada tambahan #1? Berarti ada 2, 3, dan mungkin seterusnya?

Heumm... bisa jadi kalo kalian aktif vote dan komen di extra part #1 ini.

Oh iya, untuk semua readers muslim, aku update sengaja setelah berbuka. Jadi kalian juga harus bacanya setelah berbuka puasa ya. Jangan aneh-aneh! Nanti aku ikutan dosa☻

Kita buat perjanjian gimana? 1k votes dan 3k komen aku auto publis extra part #2.

Oke, fix ya. Kalo gak kecapai juga gak papa (lebih tepatnya sengaja biar lama kecapai). Asal kalian sabar nunggunya, entah kapan aku updatenya. Suka-suka hati deh :")

Inget ya, 1k votes dan 3k komen, langsung next.

Jangan lupa penuhi setiap paragrafnya dengan komenan juga :")

Happy reading!

***

Extra Part #1 : The Day After Marriage.

Extra Part #1 : The Day After Marriage

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

LANGIT-langit kamar berukiran rumit dan sedikit sentuhan emas di sana memenuhi pandangan Oline. Dia masih dalam posisi berbaring linglung, dengan tubuh ditutupi selimut tebal mencapai leher.

Ingatan semalam membanjiri pikirannya, membuat wajah gadis—salah, wanita itu memerah dengan cepat.

Dia sontak menutup wajah menggunakan kedua telapak tangannya dengan jantung berdebar. Tidak lupa bibirnya diiringi rutukan. “Kennan sialan!”

Namun dia gagal menyadari presensi yang duduk di sofa tak jauh dari tempat tidur. Kedua iris mata abu-abunya menatap pundaknya yang polos tak tertutupi apa-apa dengan riak tak bisa diartikan.

“Bangun-bangun langsung merutukiku?”

Tubuh Oline menegang. Dia perlahan menoleh dan langsung memekik ketakutan. “AAAAAAA!!!”

Bukan hanya memekik, dengan sekejap seluruh tubuhnya langsung bersembunyi di balik selimut. Sehingga di atas kasur hanya terlihat bukit kecil yang dilapisi selimut berwarna putih tersebut.

Sudut bibir Kennan terangkat. Dia bangkit dan mendekat, duduk di pinggir kasur lalu menepuk bukit yang tak lain adalah Oline yang sedang meringkuk.

“Ada apa denganmu?”

“Pergi!”

“Malu, heh?”

Tiba-tiba saja Oline menyibak selimut namun masih menutupi tubuhnya. Matanya memelototi pria itu dengan kejam. “Kau membaca pikiranku lagi!”

Prince in a Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang