S I X T E E N T H ; The Same Thought

55.9K 6.9K 197
                                    

KARENA belum merasakan kantuk, dan belum ingin berada di dalam kamarnya, Caitlin memutuskan menuju kamar Cailan yang letaknya begitu jauh dari kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KARENA belum merasakan kantuk, dan belum ingin berada di dalam kamarnya, Caitlin memutuskan menuju kamar Cailan yang letaknya begitu jauh dari kamarnya.

Caitlin berdecih. Sebenarnya kamar Cailan tepat di sebelah kamarnya. Namun karena dirinya yang sangat usil, Cailan meminta pada Ayahanda agar pindah kamar. Memikirkan kejadian itu membuat Caitlin kesal sendiri.

Para saudaranya tak asyik. Baik itu kakak tertuanya, Kennan, maupun kembarannya, Cailan.

Yang Caitlin tak habis pikir, mengapa mereka tak peduli posisinya? Bagus kalau dirinya mempunyai saudara perempuan, sehingga bisa bermain bersama dan bisa mengerti perasaan satu sama lain sebagai seorang perempuan.

“Cailan jahat.” gerutunya yang masih terus melangkah menuju kamar Cailan.

Bisa Caitlin bayangkan apa yang sedang dilakukan Cailan saat ini adalah belajar sihir.

Cailan sangat suka sihir. Dia lebih memilih mengembangkan kekuatannya di bidang sihir dibanding kekuatan Demonnya. Yah, tidak salah dia memilih sihir karena darah mereka juga mengalir kekuatan sihir. Walau tidak sekuat darah Demon yang mendominasi tubuhnya.

Sedangkan Kennan memilih mengembangkan kekuatan yang mendominasi dirinya. Kekuatan Demon. Memang, kakak tertuanya itu yang mewarisi kekuatan Demon Ayahanda sepenuhnya. Jadi tak heran jika Kennan lebih handal dalam melakukan pertarungan.

Sedangkan Caitlin? Dia belum memilih apa-apa. Caitlin seakan masih berada di tengah-tengah. Dia menggunakan kekuatannya sesuai kondisi. Maka dari itu kekuatan yang dia miliki, baik itu kekuatan Demon maupun sihir sama rata.

“Huh? Kak Kennan?” gumam Caitlin sembari menghentikan langkahnya. Gadis itu menyipitkan matanya, memperjelas penglihatannya ke arah lorong gelap yang ada di depan sana.

“Buat apa Kak Kennan di saat seperti ini...” Caitlin bersembunyi. Lalu kembali mengintip. “Dengan jubahnya?” tanyanya ke diri sendiri.

Dilihatnya Kennan melangkah menuju taman kerajaan. Dibukanya jubahnya, lalu sepasang sayap besar nan kokoh keluar dari punggungnya, menyebabkan pakaian hitam yang dia kenakan tersobek.

Saat Kennan mengepakkan sayapnya, dengan cepat Caitlin mengambil jubah putihnya menggunakan kekuatannya, lalu segera mengikuti Kennan.

Dengan apa lagi Caitlin bisa mengikuti Kennan kalau bukan menggunakan sayapnya? Tak ingin kehilangan jejak, Caitlin langsung mengeluarkan sayapnya.

Syukurlah dirinya mengenakan gaun dengan punggung yang terbuka. Sehingga dia tidak perlu merusak gaunnya seperti Kennan tadi.

Sampai di mana Kennan menapakkan kakinya di atas tanah membuat Caitlin mengerutkan kening heran.

Lagi-lagi wilayah ini. Kenapa kakaknya ini kembali ke tempat itu? Padahal kemarin mereka baru saja datang.

Ah, Caitlin lupa. Apa yang mereka lakukan kemarin di wilayah ini selain berjalan-jalan? Namun sempat Kennan mengatakan jika ingin mengurus sesuatu, dan menyuruhnya beserta Cailan pergi terlebih dahulu.

Prince in a Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang