“ADA yang bisa kubantu?”
Uniar yang tengah memerhatikan air dibawahnya menoleh. Wajahnya yang datar dan terkesan tak bersahabat itu membuat Oline bergedik dalam diam. Sepertinya Uniar tak menyukainya sejak awal. Namun kenapa? Apa Oline telah melakukan sesuatu yang salah?
“Kumpulkan ikan.” jawab Uniar singkat lalu kembali menunduk. Tangannya yang memegang sebuah kayu dengan ujung yang runcing diangkatnya tinggi, lalu melemparkannya tepat mengenai sasaran.
Uniar berdecak puas lalu berjalan menuju tempat dimana tombak kayunya menancap. Oline yang sedari tadi menyimak kegiatan Uniar mulai melangkah mendekat hingga tiba di tepi sungai, ikut memerhatikan tombak kayu tersebut.
Posisi Uniar sedari tadi berada di dalam sungai. Sedangkan Oline, gadis itu memilih tetap berada di darat. Karena Oline tak mengerti maksud 'kumpulkan ikan' yang dikatakan Uniar tadi.
Oline langsung menepuk tangannya begitu Uniar menarik tombak kayunya. Di ujung tombak terdapat ikan berukuran sedang. Uniar melirik Oline membuat Oline langsung terkesiap. Tanpa mengatakan apa pun, Uniar melemparkan ikan hasil buruannya itu kearah Oline, membuat Oline dengan gugup menangkapnya.
“Kenapa kau melemparkannya padaku?” pekik Oline heran dengan mata yang mengarah pada ikan yang ada di tangannya.
Jujur, Oline tak pernah memegang ikan mentah seperti ini. Apa lagi ikannya masih hidup. Bergerak-gerak di tangannya. Rasanya menggelikan plus jijik karena amis.
“Sudah kubilang. Tugasmu mengumpulkan ikan.” sahut Uniar. “Lebih tepatnya mengumpulkan ikan hasil tangkapanku.”
Oline langsung membulatkan mulutnya, baru mengerti. Di tatapnya kembali ikan yang berada di tangannya. Keningnya mengerut samar. Lalu sedetik kemudian, Oline memekik kagum.
“Woahhh! Kau hebat! Bagaimana bisa kau menangkap ikan ini tanpa melukai badannya?” Oline berdecak kagum. Biasanya saat memburu ikan menggunakan tombak, pasti harus mengenai perut atau tubuh ikan yang lainnya, namun ini kasus yang berbeda. Tak ada luka goresan sedikitpun di tubuh sang ikan.
Perhatian Uniar kembali ke Oline yang memekik secara tiba-tiba. “Aku menjadikan ekornya sebagai pusat sasaran. Karena kalau kayu ini mengenai tubuh ikan, darahnya akan mencemari sungai ini. Dan lagi, kau mau makan ikan yang tubuhnya bolong?”
Mendengar itu, Oline memerhatikan ekor ikan tersebut. Benar, ekornya rusak. Beberapa detik kemudian dia kembali menatap Uniar yang kembali memburu ikan. Tanpa disadarinya, senyuman tipis terukir di bibirnya. Uniar sudah mau berbicara banyak dengannya. Bukankah itu berarti Werewolf itu mulai menerima kehadirannya?
“Baiklah. Aku cari sesuatu yang bisa dijadikan tempat untuk ikan buruanmu.” Dengan segera, Oline melangkah pergi. Di sekitar hutan itu tidak ada barang apa pun sejenis piring. Namun Oline memilih menggunakan daun yang lebar sebagai tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...