MANIK abu-abu itu berpedar kesegala ruang. Ruang itu kosong. Tak ada seorang pun disana. Padahal, biasanya ruang tersebut sangat ramaiㅡ yah, walaupun ramai hanya karena dua orang yang saling tak ingin disalahkan.
"Kennan?"
Kennan berbalik, matanya langsung memicing begitu mendapati seorang gadis dengan gaun indah berwarna merah mudanya berjalan mendekat.
"Aku Kakakmu."
Gadis itu terkekeh. "Aku tahu. Tak seperti biasanya kamu datang ke ruang ini." katanya sembari duduk disalah satu kursi yang ada.
"Panggil aku Kakak. Aku lebih tua darimu, Caitlin." desis Kennan lalu ikut duduk di seberang kursi Caitlin.
Caitlin memeletkan lidahnya. "Kok Kakak bangga jadi tua? Kalau aku sih tak akan sudi." ujarnya lalu terkekeh kemudian saat melihat raut wajah Kennan yang berubah masam.
"Baiklah, baiklah. Maafkan aku." Caitlin mengangkat kedua tangannya. "Jadi ada apa Kakak kemari?"
"Memangnya aku tidak boleh ke sini?" Kennan menaikkan satu alisnya, menatap Caitlin dengan tatapan dingin.
Mendengar itu Caitlin mencibir pelan lalu tersenyum lebar begitu Kennan menatapnya tajam. "Tentu saja boleh, Kak. Kakak boleh kemana pun yang Kakak kehendaki."
"Hm."
Kennan bangkit berdiri. Dia berjalan mendekati rak buku yang tersedia disana lalu mengambil salah satu buku. Tak mendengar suara Kennan lagi, Caitlin mendengus.
"Hah ... aku bosan."
Tak mendapat sahutan apa pun membuat gadis berparas manis itu cemberut. Dia berbalik, menumpukan kedua lengannya diatas sandaran kursi, lalu mengamati kegiatan sang Kakak.
"Jangan diam, Kak! Katakan sesuatu." sungut Caitlin tak kuasa menahan rasa kesalnya karena keheningan yang terjadi beberapa saat lalu.
"Kau tidak belajar?"
Caitlin membuang muka. "Aku malas."
Kennan melirik Caitlin sekilas. "Dimana kembaranmu itu?" Walapun terdengar tak berminat, tetap saja Kennan masih heran mengapa adik-adiknya itu tidak saling berdebat sekarang. Padahal biasanya di pagi hari seperti ini mereka akan sangat berisik.
Bukan berarti Kennan berharap adik-adiknya itu selalu beribut saat bertemu, namun agak aneh juga tidak melihat mereka bersama.
"Huh? Kembaran? Aku tak punya." cetus Caitlin tak acuh. Dia melipat kedua tangannya didepan dada, menatap sang Kakak tak terima.
"Jangan seperti itu." tegur Kennan membuat Caitlin mengembungkan pipinya.
Kakaknya ini memang sangat monoton! Dia selalu menampilkan ekspresi dingin. Sebab itu Caitlin kurang akrab dengannya. Dan dia tidak pilih kasih. Biasanya kakak tertua akan membela adik perempuannya walaupun salah, namun Kennan tidak seperti itu. Jika Caitlin yang bersalah, dia akan menegurnya. Padahal, Caitlin satu-satunya adik perempuan yang Kennan miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...