T H I R T Y E I G H T H ; Let Me Like This

45.7K 7.3K 778
                                    

Target untuk part ini dan part-part selanjutnya.
Vote : 1k
Komen : 400

Target terpenuhi? Aku langsung nulis lanjutannya terus update part berikutnya. Bisa? Kalau gak bisa berarti tungguin kapan aku mood nulis lagi baru aku up :)

 Bisa? Kalau gak bisa berarti tungguin kapan aku mood nulis lagi baru aku up :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Queen ....”

Kennan bangkit berdiri sambil menarik Oline, kemudian menyembunyikannya di belakang punggung. “Buat apa Ibunda datang ke sini?”

Mata Kennan melirik Caitlin yang berada di samping Elica. Adiknya itu hanya menunduk.

“Kau mau melawan Ibundamu, Kennan?” Elica merangkul Caitlin yang berada di sampingnya. “Tapi rencana kalian gagal, Sayang. Adikmu ini tidak sepintar itu.”

“Bunda!” kesal Caitlin. Tanpa sengaja matanya bertabrakan dengan Kennan. Kemudian dia memberi penjelasan lewat pikirannya, membuat Kennan menghela napas pelan.

“Ibunda tidak bisa mengembalikan Oline.”

“Kenapa Ibunda tidak bisa melakukannya? Oline juga menginginkannya.” Elica menatap Oline yang hanya menunduk di belakang Kennan.

Mendengar penuturan dari Elica, Kennan melirik Oline. “Benarkah?”

Oline mendongak menatap Kennan. Lalu dengan sedikit ragu dia mengangguk. “Benar, aku ingin pulang.”

“Jadi, apakah kita bisa kembali ke kerajaan sekarang? Lord akan sangat marah kalau tahu Ibunda berada di luar kerajaan.” Elica tersenyum, “Ayo, Oline.”

Kennan hanya bisa melihat Oline yang beranjak maju menuju Elica. Jadi, hanya sampai di sini saja?

Ketika Oline berada tepat di hadapan Elica, dia berkata, “Terima kasih, Queen.” Sambil menerima uluran tangan Elica.

Elica hanya tersenyum, kemudian mereka hilang dalam sekejap mata. Caitlin yang masih berada di sana berjalan mendekati Kennan.

“Kak,”

“Maafkan aku. Tadi waktu aku membawa Ibunda pergi, tiba-tiba saja Ibunda buru-buru kembali ke ruangan itu.” Caitlin menunduk. Menyesal kenapa dia tidak bisa menahan Elica.

Kennan menatap Caitlin, lalu mengelus pucuk kepala gadis itu. “Tidak apa-apa. Mungkin akhirnya memang seperti ini.”

“T-tapi Kak—” ucapan Caitlin terhenti ketika melihat Kennan tersenyum tipis seolah mengatakan bahwa semua baik-baik saja.

Entah kenapa Caitlin lebih memilih Kennan berwajah datar dan dingin dibanding tersenyum seperti ini. Karena Kennan terlihat ... berbeda.

“Baiklah, ayo kita pulang.”

Caitlin menatap Kennan yang sudah terbang meninggalkannya. Lalu perlahan, dia menghela napas. “Maafkan aku, Kak.”

***

Prince in a Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang