Give me 500 comments. Can you?
KEADAAN semakin aneh. Ketika sampai di kerajaan yang megah, Oline langsung dilayani penuh. Ia disediakan sebuah kamar mewah beserta gaun-gaun indah. Perhiasan yang terbuat dari mutiara dan berlian berjejer rapi di salah satu meja di kamarnya.
Ia dibersihkan hingga kulit putihnya kembali bersih. Wajahnya telah dipermak sedemian rupa hingga kembali berseri. Dan rambutnya diikat menjadi satu, menampilkan leher jenjangnya. Gaun hitam melekat pada tubuhnya, dengan sebuah kalung permata melingkari lehernya, menambah kesan glamor.
“Ada apa ini sebenarnya?”
“Ada tamu penting, Nona.”
Oline mengernyit. “Tamu? Apa hubungannya denganku?”
“Entahlah, saya juga kurang tahu. Saya hanya mengikuti perintah. Mohon pengertiannya, Nona.”
Jawaban seperti itu lagi. Oline benar-benar bosan mendengar kalimat itu keluar dari mulut Iria. Gadis itu sedari tadi tersenyum. Ada yang janggal.
Seorang pelayan datang. “Sudah saatnya.”
Kini Oline digiring entah ke mana. Dia hanya mengikuti langkah para pelayan. Iria ikut berjalan di belakangnya. Lalu tibalah dirinya di hadapan pintu ganda raksasa nan kokoh. Entah apa yang mereka lakukan, pintu yang nampak berat itu berdecit dan terbuka semakin lebar.
Ah, Oline tahu tempat seperti apa ini. Dia sudah tidak asing lagi sebab dulu dia beberapa kali mengunjungi tempat serupa. Walaupun desain dan tata letaknya berbeda, namun fungsinya sama. Ruang singgasana.
Oline kembali digiring masuk. Apa rencana Aristides sebenarnya? Mungkinkah ia ingin memamerkan kekuasaannya sebagai raja? Atau berencana ingin menjualnya pada para bangsawan?
Tiba-tiba terdengar pekikan kencang. Oline seketika tersentak dari lamunannya. Pekikan tersebut berasal dari seorang gadis yang tak asing lagi baginya. Sebuah tangan yang dingin kemudian menyentuh lengannya. Ia menoleh linglung.
“Nona,” Iria berbisik. “Di depan anda adalah Raja dan Ratu terdahulu. Berilah salam.”
Oline mengangkat wajahnya, memerhatikan sekitar. Beberapa orang di sini. Kenapa ia tidak menyadarinya?
Aristides dengan wajah dinginnya melangkah mendekat. Tanpa menjelaskannya pada Oline, ia merangkul erat pinggang gadis itu. “Dia pilihanku.”
King Zeron dan Queen Jena langsung meneliti gadis yang dimaksud anaknya. Tatapannya menelisik tajam, hingga Oline merasa tubuhnya akan hancur jika ditatap terus seperti itu.
“Baiklah, itu keputusanmu.” Queen Jena yang tadinya melirik Aristides kembali menatap Oline yang terdiam mematung. Senyuman kecilnya terbit sembari mendekat. “Aku harap kau dapat mengubah putraku ini.” katanya sambil mengelus kepala Oline.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...