DENGAN tergesah Aila membangunkan Oline yang masih berbaring di ranjang dengan nyenyak.
Elf itu menarik tangan Oline agar terbangun. Namun gadis itu malah menarik tangannya kembali.
“Astaga, Oline! Bangunlah!” seru Aila membuat Oline perlahan membuka matanya.
“Kenapa?” tanya Oline dengan suara serak sembari menegakkan punggungnya. Dia mengucek matanya, lalu menatap Aila yang nampak panik dengan bingung.
Tanpa berkata lebih dahulu, Aila menarik Oline agar turun dan membawa gadis itu pergi dari sana.
“Ayo kita pergi.” ujar Aila lagi tanpa membiarkan Oline mengganti gaunnya dan memakai alas kaki.
“Tapi—”
Perkataan Oline terhenti begitu Aila membuka pintu. Pandangannya terpaku sesaat, lalu perlahan ia mengedarkan pandangannya.
Entah apa yang terjadi semalam, namun di depannya sekarang lingkungan menjadi rusak. Beberapa rumah terbakar, dan suara teriakan terdengar tak jauh dari sana.
“A-apa yang terjadi?” Oline menutup mulutnya, tak menyangka wilayah seasri ini akan hancur sedemikian rupa.
Aila kembali menarik Oline agar mulai berlari. “Ini baru sebagiannya, Oline. Ayo kita pergi sejauhnya.”
“Kenapa? Ada apa dengan tempat ini?” tanya Oline di sela berlarinya mengikuti Aila.
Oline bahkan harus mengerahkan semua tenaganya untuk menyeimbangi lariannya dengan Aila yang bernotabene memiliki kekuatan.
Kakinya pun mulai terasa sakit akibat menginjak kerikil batu di sepanjang jalan tanpa menggunakan alas kaki. Dengan ragu, Oline kembali menoleh kiri dan kanan secara bergantian.
Wilayah itu sudah rusak. Bahkan di bagian yang dia lewati ini sangat parah rusaknya. Membuat Oline semakin bingung dengan situasi ini.
Apakah ada penyerangan? Tapi siapa? Begitulah yang Oline pikirkan sepanjang berlari, hingga tanpa sadar dirinya tersandung batu lalu terjerembap jatuh tersungkur di tanah.
Otomatis Aila menghentikan langkahnya. Dia kembali beberapa langkah mendatangi Oline dan membantu gadis itu bangun.
“Oline, kakimu berdarah!” Aila memegang telapak kaki Oline yang mengeluarkan sedikit darah.
“A-aku tidak pa-pa.” Oline berusaha berdiri sambil mengedarkan pandangannya. “Ayo pergi.”
“Tapi kakimu—”
“Hei, nona-nona. Ternyata kalian di sini.”
Suara yang familier itu membuat Oline menoleh. Didapatinya sosok Alardo yang melangkah mendekati mereka.
“P-pangeran,” Sontak Aila langsung menunduk hormat membuat Alardo segera menyuruhnya menegakkan badan.
“Semua orang panik karena kalian tak ada di tempat pengungsian.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...