HAL buruk bagi Oline ada tiga. Pertama, saat bertemu hantu (walaupun itu tidak pernah terjadi). Kedua, tidak bisa tidur. Dan yang terakhir adalah duduk di antara para vampire.
Saat ini makan malam, Oline baru tahu bahwa para vampire bisa makan. Ia kira mereka hanya bisa minum darah. Atau mungkin makan malam ini hanya sebagai formalitas semata?
“Aku tidak tahu bahwa ternyata anakku memiliki minat pada manusia.” Queen Jena mengawali percakapan setelah semua berkumpul.
“Kurasa ide yang baik untuk melanjutkan keturunan dengan darah campuran.” Silia menimpali.
“Half-vampire?” King Zeron mendengus. “Kekuatannya tidak akan stabil.”
“Apa salahnya mencoba? Kita tidak akan tahu bagaimana keturunan mereka nanti. Mungkin, selain memiliki kemampuan Vampire, anak mereka bisa mengendalikan sihir.” Barry menatap Oline dengan senyuman kecil. Tangannya memegang cawan berisi darah. Sesekali ia menyesapnya, kemudian menggoyang-goyangkannya pelan.
Yang bisa Oline lakukan hanyalah duduk tegak dan diam. Suasana benar-benar tidak mendukungnya. Apa lagi topik pembicaraan yang dibawa Queen Jena, benar-benar membuatnya tidak bisa berkutik. Sepertinya mereka tidak menerima dirinya.
Kenapa harus berbicara mengenai keturunan? Kenapa harus berbicara mengenainya? Rasanya Oline ingin meninggalkan tempat ini. Mereka semua tidak baik untuk jantung dan mental Oline.
Aristides tiba-tiba meletakkan cawannya kasar. “Kurasa kita sudah membicarakan ini.” Tatapan dinginnya berpedar menatap anggota keluarganya satu persatu.
King Zeron berdeham. “Mari mulai perjamuannya.”
***
Setelah acara makan malam tadi, Oline memutuskan untuk menenangkan diri di balkon. Hari ini begitu mengejutkan. Dia keluar dari penjara, ditata dengan baik, bertemu dengan keluarga kerajaan, dan terakhir, terjebak di dalam istana ini.
Semua ini di luar prediksi. Ia tidak berharap berada di sini. Dan lagi, istana ini seakan tidak memiliki jalan keluar. Tidak ada cela untuknya kabur.
“Apa yang sedang kau pikirkan?”
Oline menoleh. Barry? Mengapa ia ada di sini?
“Kenapa kau ingin mengetahuinya?” pertanyaan balik dari Oline disambut kekehan Barry.
Pria itu mendekat, lalu berhenti di hadapan Oline. Tatapan pria itu tajam, dengan mata merahnya yang menatap lekat wajah Oline. Dengan gerakan lambat, tangan pria itu terangkat, mengelus wajah Oline lembut, kemudian turun ke leher jenjangnya yang terekspos sempurna karena rambutnya yang terkuncir.
K-kenapa tubuhku tidak dapat bergerak?! Batin Oline panik. Tubuhnya kaku, sementara pikirannya kalut mengenai apa yang tengah dilakukan Barry saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...