DENGAN senyuman lebar memperlihatkan gigi taring kuningnya, makhluk itu menjilat bibirnya membuat air liurnya menetes. “Ke...temu...”
“Saat hitungan ketiga, kau harus berlari.” kata pria itu sambil mundur beberapa langkah. Merentangkan tangannya bermaksud melindungi Oline yang kini meringsut mendekati pria itu.
“Bagaimana denganmu?” tanya Oline tak terima. Kalau pria itu memilih tetap di sini dan melawan monster monyet itu sendirian, lebih baik Oline juga tetap berada di sini.
Munafik jika Oline mengatakan ia tak ingin pria itu terluka karenanya atau mengkhawatirkan pria tampan itu. Memang itu pun salah satunya. Namun yang lebih Oline takutkan saat ia berlari sendirian nanti, ada makhluk aneh lainnya mengejarnya lagi. Mana mungkin ia bisa melawannya sendiri?
Oline tidak munafik. Ia melakukan itu semua untuk dirinya. Memang ia tipe manusia yang apa adanya. Saat dalam keadaan seperti ini, mana mungkin ia mau meninggalkan tempat yang lebih aman. Meninggalkan pria ini sama saja mencari mati. Lagian, Oline tidak tahu harus lari ke mana lagi.
“Cih. Dasar manusia.” Gumaman itu membuat kening Oline mengerut. Ia menatap pria di depannya bingung tetapi tak mengatakan sepatah kata pun.
“Tentu saja aku akan ...” Pria itu menggenggam pergelangan tangan Oline lalu tanpa aba-aba langsung menarik gadis itu untuk berlari. “Kabur!”
“Hei! Katanya kau akan berhitung.” pekik Oline tak terima sambil berusaha menyesuaikan kakinya dengan kaki lebar pria itu.
“Kau terlalu banyak berbicara.” balas pria itu membuat Oline merengut.
“Apa-apaan itu.”
“Apa kau tidak bisa berlari lebih cepat?!” tanya pria itu membuat Oline menoleh menatap ke belakang. Jumlah monster monyet itu kini bertambah. Dan inilah yang ditakutkan Oline.
“Lihat, siapa yang lebih banyak berbicara.” ujar Oline tak terima. “Tapi, mengapa mereka tidak mau berhenti mengejar?!” pekik Oline ketika merasa kakinya melemas.
Genggaman pria itu pada tangannya mengerat. Pria itu melirik Oline. “Mereka tidak akan berhenti sebelum mendapatkanmu.”
“Kenapa aku?!”
“Makhluk itu bejat. Mereka akan memperkosa wanita yang mereka tangkap.”
Mata Oline melebar. Ia seketika merinding mendengar itu. Dan sialnya, ia malah membayangkannya. “Itu menjijika— AKH!”
Gadis itu terjerembap jatuh. Tertelungkup di atas tanah dengan napas terengah-engah. Dadanya naik turun tak beraturan.
Pria itu langsung berbalik dan kembali mendekati Oline ketika sadar gadis itu terjatuh. Pria itu menghela napasnya. Lalu ia mengambil posisi di depan Oline. Seolah menunggu kedatangan monster-monster yang mengejar mereka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...