BANYAK tubuh berserakan di halaman istana kerajaan Katias. Sekilas dari pakaian, jelas semua yang tergeletak tak bernyawa adalah prajurit kerajaan tersebut. Sedangkan sosok berjubah hitam berdiri di tengah halaman. Hanya bermodalkan tangan, dia membunuh ratusan prajurit yang menyerangnya tanpa setetes darah pun yang mengenai tubuhnya.
Empat orang di gerbang melongo melihat sikap brutalnya. Kecepatan Kennan sungguh tidak diragukan lagi saat pergi ke kerajaan Katias. Ketika mereka tiba, pemandangan berdarah ini langsung menyambut.
Aila bergidik dan bergeser mendekati Uniar, mencari keamanan sendiri. Dia tidak dapat menahan mulutnya untuk bicara sambil melirik Cailan. "Pangeran Kennan sangat menakutkan. Kira-kira Pangeran sudah membunuh berapa banyak jiwa?"
Mendengar pertanyaan Aila, Uniar dan Alardo tidak dapat membantu tetapi ikut menatap Cailan, yang bernotabene adik Kennan.
Cailan masih menatap Kennan yang membunuh secara membabi buta. Lalu membalas tatapan mereka dengan tak berdaya. "Jangan lihat aku seperti itu. Kakakku yang mengambil alih tugas berdarah setiap saat. Hari-harinya penuh dengan kematian."
"Jadi, kita hanya berdiri di sini dan menonton?" Simpul Alardo menatap ngeri ke arah Kennan.
"Apa lagi yang bisa kita lakukan?" Cailan menghela napas. Dalam benaknya, selain menonton, mereka harus menghentikan Kennan di saat kontrol dirinya hilang.
Kennan yang menjadi objek tontonan keempat orang itu menggerakkan tangan, angin berembus kencang menuju kelompok prajurit yang baru datang, dan erangan langsung terdengar detik berikutnya.
Tiba-tiba suara tepuk tangan terdengar, mengambil atensi Kennan. Prajurit yang tersisa langsung mundur sambil menunduk hormat. Aristides berhenti melangkah, menatap sekeliling lalu mengerutkan kening. Dia tidak berharap kehilangan prajuritnya sebanyak ini.
"Bukankah tidak sopan menerobos wilayah kaum lain, Yang Mulia?" tanya Aristides datar.
"Kembalikan tunanganku."
"Anda membunuh ratusan nyawa hanya untuk satu manusia? Apakah itu layak?"
"Ya."
Dibalik punggung, tangan Aristides mengepal. "Dia tidak di sini."
"Omong kosong." Kennan melangkah maju, para prajurit langsung menghadang jalannya yang akan menuju Aristides.
Namun semua sia-sia. Pengawal pribadi Kennan, Nolan, segera membersihkan jalan bagi Kennan. Bahkan tidak membiarkan satu mayat pun menghalangi jalan Kennan.
Aristides kembali mengernyit, lalu berlompat ke balkon istana. Dari atas, terlihat jelas halaman istananya penuh dengan mayat-mayat prajuritnya. Entah kenapa ketidaksenangan muncul dalam benaknya.
"Bagaimana?" tanya Kennan datar.
Nolan yang telah menyelesaikan lawannya langsung melaporkan, "Ada ruang bawah tanah di sisi Timur. Sekitar dua puluh wanita berbeda ras tersekap di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...