CAILAN mengernyit melihat kembarannya menempel erat pada Lizzie. Bukankah Caitlin sebelumnya tidak suka padanya? Kenapa sekarang malah menempel seperti lem? Laki-laki itu menggeleng pelan, tidak mengerti pola pikir adiknya tersebut.
“Hebat! Putri juga tahu tentang itu?!” Finn bertanya heboh, menambah kebisingan ruangan tersebut.
Dengan bangga Caitlin bersedekap sembari mengangkat dagunya. “Tentu saja! Aku ini hebat disegala hal.”
Lizzie memijat pelipisnya, tidak tahan dengan suara kedua makhluk itu. Dia berdiri dan keluar dari ruangan itu tanpa sepengetahuan Caitlin dan Finn yang masih asyik bercerita, tetapi Cailan terus mengamati tindakan perempuan itu lekat.
Cailan beranjak mengikuti Lizzie dari belakang. Tentu saja secara langsung tanpa bersembunyi. Dia malas mengikuti secara diam-diam. Lagian pasti akan ketahuan.
Langkah Lizzie terhenti. Dia berbalik dan menatap Cailan bingung.
“Kenapa? Jalan ini bukan milikmu, kan?” balas Cailan ketus.
Lizzie menatapnya datar dan kembali berjalan. Lagi-lagi Cailan mengikuti kemanapun Lizzie melangkah. Saat berbelok, Cailan tersentak pelan karena tidak melihat keberadaan perempuan itu.
“Sedang apa?”
Demon itu mematung dan berbalik. Lizzie tengah menyandarkan punggungnya pada dinding sambil bersedekap. Matanya lurus menatap Cailan yang terkejut. “Apa tujuanmu mengikutiku?”
Cailan tersadar dari keterkejutannya dan mendengkus. Perempuan ini lumayan juga. “Seharusnya aku yang bertanya, apa rencanamu sebenarnya?”
Lizzie terkekeh. Ia melangkah mendekati Cailan dan menatapnya remeh. “Anak kecil sepertimu peka juga.” Tidak menghiraukan raut wajah Cailan yang berubah jelek, Lizzie berjalan melewatinya sembari berbisik, “Indra yang bagus. Tapi ingat, jangan mengacaukan semuanya.”
***
Kennan memejamkan mata. Seperti biasa, dia selalu berada di hutan ini selama tidak menjalankan tugasnya. Kerajaannya dikunjungi sosok yang tidak diinginkannya, sehingga kerajaan menjadi tempat yang paling ia hindari.
Sudah ratusan tahun, tapi Kennan tidak menerima bahwa gadis itu pergi meninggalkannya. Seandainya dia tidak membiarkan gadis itu pergi ke dunianya, apakah dia bisa hidup bersama gadis itu hingga saat ini?
Demon itu berdecak tanpa sadar. Dia lupa gadis itu adalah manusia. Jadi, walaupun kejadian itu tidak terjadi, akhirnya dia akan tetap sendiri bukan?
Kadang Kennan membenci kelebihan mereka yang abadi. Abadi itu tidak menyenangkan. Mereka hidup sangat lama, melihat perubahan-perubahan yang terjadi seiring waktu, dan... ditinggalkan.
“Hahaha ... kau sangat pintar! Aku jadi teringat peliharaanku.”
Kening Kennan mengerut begitu suara manis sesosok perempuan terdengar. Dia membuka matanya malas dan melirik ke bawah. Tak jauh dari pohon yang ditempatinya, sesosok perempuan bergaun hitam dengan model yang sama seperti sebelumnya tengah bermain dengan penjaga hutan ini.
Senyuman manis terulas di bibirnya, dengan wajah riang yang tidak pernah ia gunakan. Kini perempuan itu menepuk kepala monster yang menundukkan kepalanya dengan bahagia. “Apakah kau senang?”
Monster itu menganggukkan kepala dengan semangat. Mulutnya terbuka dengan lidah yang menjulur keluar. Kennan menaikkan satu alisnya. Perempuan ini tidak merasa takut padanya?
“Di mana teman-temanmu yang lain?”
Bukannya menjawab pertanyaannya, monster itu melebarkan tangannya. “Pe ... luk ....”
Perempuan itu terkekeh lalu memeluknya erat. “Aku baru menyadari kau sangat menggemaskan. Maafkan aku yang sebelumnya, oke?”
“Uh, uh!” Monster monyet itu mengangguk-angguk.
Merasakan presensi lain di tempat itu, perempuan tersebut menoleh terkejut. “Yang Mulia? Untuk apa anda di sini?”
Kennan berjalan mendekat. “Kau sendiri?”
“Aku baru saja mengunjungi wilayah Elius dan berakhir di hutan ini.” Katanya kemudian menunjuk monster di sampingnya. “Lalu bertemu dengannya.”
“Oh.”
Kennan sama sekali tidak tertarik dengan perempuan bernama Lizzie ini. Dia hendak berbalik, tetapi saat matanya menangkap sesuatu yang salah, dia menatap Lizzie lekat. “Matamu.”
“Hm?” Lizzie bergumam dan berjalan mendekati Kennan dengan tatapan kosong. Tepat berdiri di depan Kennan, Lizzie memiringkan kepalanya dengan senyuman datar. “Aku ingin.”
Saat perempuan itu hendak mendekatkan wajahnya, tiba-tiba dia terhempas beberapa meter hingga menabrak pohon. Perempuan itu melenguh dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah.
Kennan tersentak. Awalnya dia ingin melihat apa yang akan dilakukan Lizzie, tetapi perempuan itu secara mendadak terhempas tanpa alasan.
Demon itu berjalan mendekat sambil mengamati Lizzie yang dalam posisi duduk dengan punggung yang bersandar pada pohon yang ditabraknya. “Apa yang terjadi?”
Lizzie mendongak menatap Kennan. Iris mata merah perempuan itu menatapnya tertegun. “B-berhenti!”
Langkah Kennan terhenti. Dia menatap perempuan yang kini berdiri sembari menghapus darah dari sudut bibirnya. “Maafkan saya. Kadang saya memang tidak terkontrol.”
“Sa ... kit ....” Monster itu berlutut di samping Lizzie dan membantunya berdiri.
Lizzie sontak tersenyum. “Tidak sakit.”
“Kau—”
“Aku harus pergi ke suatu tempat. Selamat tinggal, Yang Mulia.” Lizzie berjalan pergi meninggalkan Kennan yang masih bergeming menatap kepergiannya.
October 17, 2020.
A/N :
Hey yoo!!
Ada yang mau membulatkan spekulasinya setelah membaca part ini? Coba comment di line ini!
Mau ingetin terus, jangan lupa menabung biar bisa meluk Kennan sama Oline tercintaaa. Aku ingetin aja dari sekarang biar gak kaget nanti pas open PO :")
Pokoknya hampir sebagian dari novelnya bakal berbeda dari wattpad (sedang dalam penulisan). Dan jangan panik dulu, versi wattpad akan ditamatkan sesuai rencana kok! Agar nanti kalian bisa bandingkan lebih suka versi wattpad atau novel. 🌚
Buat yang suka nanya kapan next King of the Cruelty, nanti yaa setelah PIAD tamat.
Seperti biasa, 1000 votes dan 500 comments menuju part selanjutnya. See you again!
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...