GELAP, pengap, dan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuh menyebabkan Oline mengerang pelan sembari menegakkan tubuhnya.
Pandangannya berpedar ke segala sisi ruangan, namun nihil. Ia tidak dapat menemukan apapun sebab hanya gelap yang menyelimuti sekitarnya.
“Halo? Apakah ada orang di sini?” Mungkinkah Oline masih bermimpi? Tapi tubuhnya terasa sakit. Benar-benar sakit.
Oline mengusap lengannya dan berusaha bangkit berdiri. Dia berjalan pelan menyusuri ruangan itu dengan hati-hati, lalu terbatuk pelan. Sebenarnya tempat apa ini, dan bagaimana bisa dia berada di sini?
Rasa takut menyelimuti diri Oline. Sendiri di sini, dengan udara dingin nan pengap serta gelap. Hingga beberapa menit kemudian suara gembok terbuka berdenging, mengambil atensi Oline sepenuhnya.
“Siapa di sana?” Oline terus menatap sekitarnya ketakutan. Dia masih tidak dapat melihat apa-apa.
Derap langkah kaki mulai terdengar. Langkah yang berat dan pelan. Memacu jantung Oline berdetak lebih kuat. Alarm bahaya telah berbunyi di otaknya. Napas gadis itu terasa berat, menyadari atmosfer saat ini lebih mencekam.
Ya Tuhan, di mana pun aku berada saat ini, kumohon lindungilah aku. Oline terus berdoa dalam hati, berusaha menenangkan hati namun gagal. Keadaan ini benar-benar mendebarkan.
“Kau—”
“AAAA!!” Oline berbalik kaget dan tanpa sadar terjatuh ke depan. Suara itu, suara rendah dan serak itu tepat berbisik di belakangnya. Bulu kuduk Oline seketika meremang.
Lilin di setiap sisi ruangan menyala satu persatu secara bergiliran. Dari itu, walau tidak begitu jelas karena lilin masih menyala sebagian, Oline dapat melihat siluet pria yang berdiri menjulang di hadapannya.
Memberanikan diri, akhirnya Oline bertanya, "S-siapa kau?"
“Aku?” Pria itu terkekeh pelan. Dan di saat itu juga ruangan menjadi terang. “Kau masih tidak mengenaliku?”
Mata Oline membulat. Pria ini ... bukankah dia ... “Pangeran Claude?”
Dengkusan terdengar. “Lambat sekali. Aku heran mengapa kau begitu dicintai.”
Gadis itu mengernyit. “Maksudmu?”
Pangeran itu menunduk ke bawah, ke arah Oline yang masih terduduk mengenaskan. Oline dapat dengan jelas melihat sorot dingin dari mata merah itu. “Kenapa kau memasuki wilayahku?”
“A-apa?” Oline terbelalak tak percaya. “Aku tidak pernah memasuki wilayahmu. Aku bahkan tidak tahu di mana letak wilayahmu ini.”
“Cih.” Pangeran Claude berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Oline. Pria itu memegang dagu Oline tanpa sempat gadis itu hindari lalu mengangkatnya. “Apa kau kira aku akan terjebak dengan karakter polosmu ini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...