MUNGKIN sebaiknya Oline berdiam diri didalam rumah dibanding mengikuti Aila yang sedari tadi berjalan tanpa adanya tempat tujuan. Dan mungkin sebaiknya Oline memikirkan saran yang tepat untuk Aila, sehingga tidak merepotkan dirinya juga.
Yah, bisa dibilang Oline adalah sosok yang tidak ingin ambil repot. Dia lebih baik berdiam diri dibanding masuk ke dalam sebuah perkara. Sikap yang tidak memperdulikan sekelilingnya, itulah sifat yang melekat didiri Oline.
“Perasaanku mengatakan, kita sudah melewati tempat ini.” ujar Oline membuat Aila terkekeh.
“Yap. Benar sekali. Kita sudah melewati jalan ini sebanyak empat kali.”
Mata Oline melebar. Pantas saja dia merasa familiar dengan tempat ini. Ternyata mereka sudah melewati tempat tersebut berulang-ulang hari ini.
Langkah Oline terhenti. Dia menatap Aila dengan wajah lesu. Sungguh, Oline ingin bermalas-malasan di rumah. Sejak kemarin Aila terus mengajaknya berjalan-jalan, membuat Oline kelelahan dibuatnya.
Dan satu orang lagi yang Oline harap kedatangannya. Orang yang pertama kali ditemuinya. Laki-laki dingin namun cerewet. Siapa lagi kalau bukan Kennan!
Oline tak habis pikir. Dimana laki-laki itu sekarang? Oline hanya ingin bertanya satu hal. Pertanyaan yang berhari-hari ini dia harapkan jawabannya.
Kapan dia bisa pulang kembali ke dunianya?
Karena di dunia ini, hanya Kennan yang mengetahui statusnya yang sebenarnya. Tidak ada yang lain. Atau mungkin Uniar juga mengetahuinya, namun tidak mungkin Oline bertanya padanya. Oline tidak punya keberanian sebesar itu untuk sekedar bertanya kepada Uniar.
Aura Uniar yang selalu mengintimidasi, ditambah sifatnya yang tidak bersahabat saat bersama Oline membuat gadis manusia itu segan kepadanya.
Hanya satu orang yang tak disegani Oline. Hanya Kennanㅡ laki-laki misterius yang hanya muncul dua kali semenjak kedatangannya di dunia Dracania.
Namun dengan cara apa Oline memanggil Kennan? Sungguh, Kennan adalah harapan terbesarnya.
Untuk sekali saja, jika bisa. Untuk sebentar saja Oline ingin bersua dengan Kennan.
“Kenapa kau melamun?” Aila menepuk pundak Oline pelan. Membuat Oline yang tengah memikirkan Kennan tersentak pelan.
“Ah? T-tidak. Aku hanya kelelahan saja. Di sini sedikit ... panas.” Oline berpura-pura menyeka keningnya yang mengeluarkan sedikit keringat.
Mata Aila membelalak. Gadis Elf itu sontak menarik pergelangan tangan Oline, mengajaknya berteduh di pohon terdekat.
“Memang benar. Hari ini sedikit panas.” Aila menatap langit. “Kalau kata Uniar, sepertinya akan terjadi bulan purnama beberapa hari lagi.”
“Bulan purnama?” tanya Oline sedikit tertarik. “Maksudmu, malam di mana para bandit akan keluar dari sarangnya?”
Aila refleks terkekeh mendengar celetukan Oline itu. “Sarangnya? Kau mengatakan itu seolah mereka hewan.” katanya lalu terkikik, seolah itu sesuatu yang lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...