BEGITU melihat ramainya bangunan besar di hadapannya, Oline meringsut bersembunyi di balik punggung Kennan.
Bangunan besar nan sangat megah itu semakin padat diisi tamu undangan. Untuk sampai ke sana, mereka harus menaiki beberapa anak tangga. Tetapi posisi mereka sekarang masih di bawah tangga.
Sebagian besar yang datang berpasangan. Mungkinkah Kennan mengajaknya karena tak ingin terlihat sendiri di pesta ini? Pikir Oline.
“Kenapa kau bersembunyi?” tanya Kennan dengan kepala yang menoleh ke belakang.
Oline mengedarkan pandangannya. “Terlalu banyak orang.” bisiknya serius.
Kemudian gadis itu mundur selangkah untuk menjauhi Kennan. Karena jujur saja, aroma Kennan sangat disukainya. Apa lagi ketika dirinya melihat Kennan menggunakan setelan jas hitam. Kennan begitu memesona. Pikir Oline saat itu.
Namun Kennan menutupinya dengan jubah hitam andalannya, sehingga menutupi seluruh tubuhnya. Tapi kalau dicermati, sepertinya jubah kali ini lebih terasa berbeda. Tatapan Kennan kini beralih pada Oline yang masih memandanginya dari bawah sampai atas.
“Ada apa denganmu?” tanya Kennan dengan kening yang mengerut bingung.
“Kau yakin akan berpenampilan seperti ini di dalam sana?” Bukannya menjawab, Oline malah bertanya balik sambil mengedikkan dagunya ke arah bangunan besar tersebut.
Kennan melirik tempat itu sejenak, lalu senyuman tipis terulas di bibirnya. “Jangan pikirkan itu. Ayo, masuk.” Kennan menadahkan tangannya kepada Oline. Tahu maksud Kennan, dengan ragu Oline menaruh tangannya di atas tangan Demon tersebut.
Kemudian Kennan mengeratkan genggaman tangan mereka lalu melangkah menaiki beberapa anak tangga. Saat memasuki ruangan yang amat luas tersebut, bisa Kennan rasakan tangan Oline yang mencengkram tangannya kuat.
Gadis manusia itu celengak-celenguk memperhatikan sekitar. Beberapa orang membuat kelompok kecil untuk becengkrama akrab. Tidak begitu jauh dari tempat mereka berdiri, ada meja panjang yang berisi berbagai jenis makanan dan minuman.
Dan Oline benar-benar merasa asing di sini. Matanya memperhatikan beberapa perempuan yang berada di sekitarnya. Wajah mereka dirias dengan sangat cantik. Gaun mereka tampak glamor. Belum lagi parasnya yang menakjubkan.
Mata gadis itu turun menatap gaunnya. Setidaknya dia masih bisa bersyukur mengenakan gaun pemberian Caitlin ini. Jika tidak, mungkin orang-orang itu akan menganggapnya sebagai seorang pelayan.
“Aku akan menemui King Roderik. Kau mau ikut?” Lagi-lagi Kennan bertanya membuat perhatian Oline teralih padanya.
“King Roderik? Siapa itu?”
“Penyelenggara perjamuan malam ini.”
Oline mengernyit sejenak lalu mengangguk mengerti. “Kurasa aku lebih tertarik pergi ke sana.” jawab Oline sambil menatap bagian makanan. Karena bagi gadis itu, lebih asyik menikmati kue-kue yang sudah tersaji dibanding mengikuti Kennan dan mendengar pembicaraan membosankan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...