“DIBANDINGKAN istana jadi-jadian kita, istana ini memang tidak ada tandingannya. Kasurnya nyaman sekali.” Finn mulai berceloteh saat bertemu Lizzie sambil menyengir bahagia.
“Jangan banyak bicara. Ayo pergi menyambut Queen.”
Mata Finn berkaca-kaca. Dengan patuh dia mengunci mulutnya hingga tiba di sebuah taman penuh bunga. Semerbak aroma bunga mengelitik hidung Finn hingga dia tidak bisa menahan diri untuk menghampiri salah satu bunga berkelopak oranye yang semakin ke dalam, warnanya semakin merah.
“Demi wajah cantiknya Lizzie, bagaimana bisa bunga ini tumbuh di sini?” tanpa sadar Finn berseru mengagumi bunga tersebut.
“Kau tahu bunga ini?” sebuah suara lembut dan menyenangkan terdengar di belakang Finn. Menyadari satu hal, Finn berbalik gugup dan langsung membungkuk memberi hormat.
“Maafkan kelancangan saya, Yang Mulia Ratu!”
Elica tertawa. Dia menepuk pundak Finn pelan lalu melirik bunga tadi. “Jangan sungkan. Aku tertarik dengan bunga. Jadi selama bisa dipindahkan, aku akan menyimpannya di sini.”
Finn melirik bunga yang kini disentuh Elica. Tadi malam dia tidak sempat bertemu dengan Elica karena katanya ratu mereka ini dalam kesehatan yang buruk, sehingga harus balik ke kamarnya lebih cepat. Sedangkan raja... makhluk nekat mana yang berani mendekatinya tanpa undangan? Meliriknya saja Finn tidak berani!
“Sudah lama tidak melihatmu namun sayangnya semalam aku harus kembali lebih cepat.” Elica mendekati Lizzie lalu memeluknya.
Lizzie tersenyum, sesuatu yang jarang dilihat Finn sebelumnya. “Aku baik. Semoga Queen juga.”
“Tentu saja. Aku masih ingin melihat Kennan bersamamu.” Elica menggenggam tangan Lizzie erat.
Saat Lizzie hendak membalas, sebuah suara mendahuluinya.
“Ibunda.”
Ketiga orang di taman itu menoleh ke arah suara. Kennan yang entah datang dari mana melangkah mendekat dengan bau anyir darah. Elica refleks mengernyit tidak suka namun tidak menghiraukan panggilannya dan terus mengajak Lizzie berbincang.
“Jika ada sesuatu yang tidak kau sukai atau ada yang menindasmu di sini katakan saja.” Elica mengelus rambut Lizzie lembut. Finn dalam hati malah berdecak kagum karena selama ini dia tidak pernah melihat Lizzie mode menurut seperti ini.
“Ibunda,”
“Pasti sulit bagimu sendirian di luar sana.” Elica kembali berbicara, benar-benar mengacuhkan Kennan.
“Lizzie tidak sendiri, ada aku di sisinya!” ucap Finn cepat dan bangga.
Elica melirik Finn lalu terkekeh. “Kau menjaganya dengan baik, kan?”
Finn meringis sembari menunduk. Realitanya, bukan dia yang menjaga Lizzie, malah sebaliknya.
“Sekarang apa salahku?” Kennan kembali berbicara, dari nadanya ada ketidakpuasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...