F O U R T Y F I F T H ; Unparalleled Beauty

45.2K 6K 515
                                    

“OLINE!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“OLINE!”

Tanpa sempat Kennan cegah, Alardo berlari mendekati Oline yang sedang berteriak. Namun bukannya berhasil mendekati gadis itu, Alardo malah harus berurusan dengan sulur-sulur tanaman aneh yang keluar dari balik sebuah pohon dan tiba-tiba menyerangnya. Kennan mengusap wajahnya lelah, lalu mendekati Oline yang sedang memberontak kemudian menarik lengan gadis itu sehingga membuatnya membentur dada Kennan.

“Merepotkan,” gumam Kennan yang masih bisa merasakan tubuh Oline gemetar ketakutan.

Kennan memegang pundak Oline, lalu menatap mata gadis itu yang memancarkan ketakutan. Bahkan air matanya siap luruh saat ini. Lagi-lagi Kennan menghela napas, lalu mengguncang tubuhnya pelan.

“Oline, sadarlah.” Iris mata Oline beralih ke wajah Kennan. Raut keraguan terpampang di wajahnya.

“K-kennan?”

“Ya, ini aku.” Kemudian Kennan kembali membawa Oline dalam dekapannya.

Hutan terlarang terkenal bukan karena hewan buas, berbisa, ataupun sejenisnya. Hutan ini terkenal karena ilusinya yang tak tanggung-tanggung. Banyak makhluk yang terjebak dalam ilusi dan setelahnya akan mati. Mati pun dengan beragam. Ada yang memilih bunuh diri, ketakutan hingga mati, atau tidak dapat keluar dari ilusi itu sendiri.

“T-tadi ada monster raksasa yang menyerang ... d-dia berusaha membawaku ...,”

“Sekarang dia sudah pergi,”

Ada alasan kenapa hanya Oline sendiri yang terkena ilusi di sini. Ilusi tercipta berdasarkan apa yang sedang dipikirkan seseorang. Mungkin sepanjang jalan, Oline selalu berpikir mengenai monster.

“B-benarkah?”

“Hm,” Kennan kembali menjaga jarak dari Oline agar dapat menatap wajahnya. Mungkin kesadaran gadis itu sudah kembali, namun ketakutan akan monster itu sendiri masih ada. “Dengarkan aku. Tidak ada monster apapun di sini. Kau aman bersamaku. Apa kau mengerti?”

Ragu, akhirnya Oline mengangguk. Sisa air matanya Kennan hapus, lalu kembali membawanya ke dalam pelukan. Alardo yang berhasil keluar dari jeratan sulur-sulur dengan jerih payah mengeluarkan sumpah serapah dari mulutnya seiring mendekati Kennan.

“Yang kutahu jika terjerat ilusi, harus ada seseorang yang melukainya. Kenapa kau tidak mengambil kesempatan itu untuk menggigit Oline dan merasakan darahnya?” Lagi, mendapati tatapan dingin, Alardo menyeringai. “Bukankah kalian para Demon suka darah? Oh, tentu saja aku tidak akan mengatakan kalian persis seperti para Vampir atau Dracula. Mereka sedikit ... menjijikan.”

“Karena aku bukan kau. Suka mencari keuntungan untuk diri sendiri.” Balasan Kennan membuat Alardo mengedikkan pundak tak peduli.

“Jadi sampai kapan kalian ingin menghangatkan diri seperti ini,” Alardo memeluk dirinya sendiri, seakan meniru.

Prince in a Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang