F I F T Y S E C O N D ; Revenge

39.6K 4.7K 196
                                    

LAGI, Oline terbangun di tempat antah berantah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LAGI, Oline terbangun di tempat antah berantah. Namun saat terbangun sepenuhnya, ia sadar bahwa ruangan kali ini berbeda dari sebelumnya.

Kali ini penjara yang dia tempati menyerupai ruangan. Tidak ada jeruji besi, melainkan sebuah pintu di sebelah kiri dan selebihnya dinding. Ruangan ini temaram, hanya ada lampu kecil di atasnya. Di sini terdapat kasur, walaupun tidak empuk. Di tengah ruangan terdapat meja kayu dilengkapi dua kursi kayu pula.

Dinding tidak selembab penjara sebelumnya, serta kali ini di bawah berupa lantai, bukan tanah. Pakaian yang Oline kenakan pun sudah berubah. Sebelumnya ia mengenakan gaun putih yang sudah lusuh dan kotor, sekarang menjadi gaun berwarna biru pucat. Tubuh gadis itu tidak begitu kotor, namun tetap saja terdapat beret di tangan, wajah, maupun kakinya.

Pintu yang sebelumnya tertutup rapat perlahan terbuka. Oline mengamatinya lekat disertai rasa takut. Jika itu adalah Raja Aristides, bagaimana? Ia tidak memiliki keberanian untuk bertemu dengan pria itu lagi— mengingat bagaimana dia diperlakukan sebelumnya.

Namun netra gadis itu menangkap seorang maid— terlihat jelas dari pakaiannya, melangkah mendekati meja yang ada lalu menaruh nampan yang dibawanya. Pelayan itu menatap Oline, lalu tersenyum ramah.

“Mari Nona, isilah perutmu dengan makanan ini selagi hangat.”

Oline masih tergeming, menatap sang pelayan dengan sorot mata waspada. Berbagai spekulasi bermunculan di pikirannya. Pelayan ini adalah suruhannya Raja Aristides. Bisa jadi dia menyuruh pelayan ini memasukan racun pada makanan itu.

“Jika Nona berpikir saya menaruh racun pada makanan ini, saya berani bersumpah bahwa saya tidak pernah melakukan hal keji seperti itu.” Sang Pelayan kembali membujuk Oline dengan senyuman hangat.

Niatan Oline yang ingin tidak menghiraukannya gagal ketika perutnya mengeluarkan suara yang memalukan. Ia memalingkan wajahnya, malu karena bisa-bisanya perutnya tidak bisa diajak kerja sama saat ini. Lagi pula, salahkan makanan itu yang memiliki aroma menggugah selera.

Pelayan tersebut terkekeh. “Tidak perlu malu, Nona. Silakan makan. Makanannya masih hangat.”

Mau tak mau Oline menurunkan kakinya dari ranjang. Menapakkan kaki tanpa alas pada dinginnya lantai. Lalu berjalan pelan menuju meja kecil berbentuk persegi tersebut.

“Ini ... sungguh bisa dimakan?”

“Tentu, Nona. Sebelum makan, sebaiknya Nona duduk dulu.”

Oline duduk, menatap si pelayan sebentar, lalu meraih sendok dan mencicipi sup. Hangatnya kuah sup menjalar masuk melewati tenggorokannya, terasa nyaman dan melegakan sekaligus. Karena makanan ini sungguh enak dan mungkin juga karena faktor lapar, dengan lahap Oline menyantap makanan di atas meja tersebut.

“Senang melihat Nona sudah sadar.” Pelayan itu masih menatap Oline hangat. “Jika Nona tidak keberatan sebelumnya, saya yang membersihkan tubuh dan mengganti gaun Nona. Maaf jika saya lancang.”

“Jadi, kau yang mengganti pakaianku?”

“Benar, Nona.”

Oline terdiam sebentar. “Apa kau juga yang membawaku ke ruangan ini?”

“Tidak, Nona. Nona berada di sini dan saya yang melayani Nona adalah perintah dari Raja.”

“O-ohh ... begitu.”

“Baiklah, kalau Nona sudah selesai makan, saya harus pergi sekarang.” Pelayan itu mengambil mangkuk makanan yang dibawanya tadi.

“Siapa namamu?” pertanyaan Oline yang terkesan tiba-tiba menghentikan pergerakan sang pelayan yang meletakkan mangkuk di atas nampan.

“Saya?” Pelayan itu nampak kaget. “Mm, sejak mengabdikan diri di kerajaan, saya sudah jarang memberitahukan nama saya kepada orang. Jadi saya agak aneh begitu ditanyai mengenai nama saya.”

“Kenapa begitu?”

“Karena di kerajaan ini tidak ada yang peduli mengenai nama. Kami sebagai pelayan hanya perlu bekerja dan melayani kehendak Raja.”

“Jadi, siapa namamu sebelum bekerja di kerajaan ini?”

“Iria.”

Oline tersenyum tipis. “Terima kasih, Iria.”

“Nona tidak perlu mengucapkan itu.” Iria agak gelagapan.

“Tidak, tidak. Aku harus tetap berterima kasih karena kau sudah membantuku.”

“Saya hanya menjalankan perintah, Nona. Lagi pula mulai saat ini saya akan sering bertemu Nona.”

“Benarkah?” Hati Oline terasa lega. Jika orang yang sering mendatanginya adalah Iria, dia lebih tenang dibanding orang lain yang kemungkinan memiliki niat jahat—Raja Aristides misalnya.

Iria mengangguk. “Kalau begitu, saya permisi, Nona. Penjaga di luar sana sangat cerewet jika saya melebihi batas waktu.” katanya yang dijawab anggukan Oline.

Ketika Iria pergi, Oline mengedarkan pandangannya. Apa dia akan terus berada di sini?

Melihat sosok yang berdiri beberapa langkah di depannya, pelayan itu segera menghentikan langkah lalu menunduk hormat. “Hormat saya pada Yang Mulia Aristides. Semoga kemakmuran selalu menyertai Anda.”

“Bagaimana dengannya?”

“Nona sudah lebih baik dibanding sebelumnya, Yang Mulia. Bahkan Nona makan dengan lahap.”

Mata Aristides melirik nampan yang dibawa Iria. “Hm, aku bisa melihatnya. Pergilah.”

“Baik, Yang Mulia.” Iria mundur perlahan, lalu saat sudah berada jauh dari Aristides, ia berbalik dan melangkah pergi.

Aristides menatap pintu yang akan menuntunnya menuju ruangan di mana Oline berada. Sebenarnya yang gadis itu tempati sekarang adalah ruang pengasingan alih-alih penjara. Ia memindahkan gadis itu bukan semata-mata karena belas kasih, namun karena penjara yang ditempati gadis itu akan diisi oleh penjahat lain.

Masih menjadi rahasia bagaimana bisa gadis yang bernotabene tunangan Pangeran Kennan bisa berada di wilayahnya. Pengawalnya menemukan gadis itu terbaring di semak dekat gerbang belakang kerajaan. Dendam yang ia simpan dulu kembali hadir begitu melihat wajah Oline. Dia tidak akan lupa bagaimana adiknya diperlakukan, dan bagaimana Kennan menyerangnya dulu yang menyebabkan dia harus tak sadarkan diri untuk waktu yang lama.

Kini gadis itu menampakkan diri di hadapannya, terlebih tanpa Kennan. Memperlakukannya seperti ini nampaknya sesuai dengan apa yang mereka lakukan dulu kepadanya.

 Memperlakukannya seperti ini nampaknya sesuai dengan apa yang mereka lakukan dulu kepadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

December 31, 2019.

A/N :

Sebelumnya, aku akan mengucapkan terlebih dahulu "HAPPY NEW YEAR 2020" buat semua pembaca!

Beberapa jam lagi kita semua akan memasuki tahun 2020, nih!

Apa yang kalian harapkan di tahun 2020?

Prince in a Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang