ELICA menatap Kennan curiga. Tidak biasanya dia datang menghampirinya seperti ini. “Ada apa?”
Kennan tersenyum tipis melihat Ibundanya. Sebelum berbicara dia melirik Kendrick yang hanya menopang kepala sembari menatap Elica lekat. “Aku ingin pernikahanku dipercepat.”
Tangan Elica yang memegang cangkir bergetar. Dia menatap Kennan tidak percaya. “Kau bilang apa?”
Satu alis Kennan terangkat. Dengan seringaian sangat tipis dia kembali berbicara, “Aku ingin menikah dengannya secepat mungkin. Jika bisa aku ingin minggu depan.”
Sontak Elica meletakkan cangkir tehnya di atas meja dan menatap Kennan terkejut bercampur kaget. “Uh, kau tidak bisa memutuskannya secara sepihak.”
“Kenapa? Bukankah Ibunda juga menetapkan pertunanganku secara sepihak? Sekarang aku sudah bersedia. Bukankah lebih bagus?” balas Kennan dengan tenang, malah menikmati ekspresi Ibundanya yang panik.
Tanpa sadar Elica meremas gaunnya. “Aku me—”
“Dia bersedia bertunangan artinya dia bersedia menikah juga. Setelah belakangan ini aku memikirkannya, aku yakin pilihan Ibunda yang terbaik.” potong Kennan tanpa membiarkan Elica menyelesaikan perkataannya.
Wanita itu menggigit bibir bawahnya lalu melirik Kendrick yang duduk di sampingnya. Kendrick menaikkan satu alisnya seolah bertanya ’kenapa?’ membuat Elica segera memalingkan wajah karena tahu suaminya tidak berniat membantunya.
“Baiklah. Aku akan membicarakannya dengan Lizzie dulu.” ujar Elica gusar dan bangkit pergi dari ruangan tersebut.
Saat pintu kembali tertutup, kekehan rendah terdengar. “Menggemaskan sekali.”
Menoleh ke arah Kendrick yang tersenyum, tatapan Kennan seketika mendatar. “Pasti Ayahanda sangat puas membodohi anakmu sendiri.”
Tatapan Kendrick jatuh pada sosok Kennan membuat Kennan mendengkus pelan. Sejak dia berada di sini baru kali ini Kendrick mengarahkan mata padanya.
Seringaian tipis terulas di bibir Kendrick. “Oh? Sudah sadar rupanya.”
“Ayahanda tidak ingin menutupi fakta bahwa Oline masih hidup dan menyamar menjadi Lizzie?” sindir Kennan.
Kendrick menggosok bibir bawahnya lambat menggunakan jari telunjuk dengan sorot mata guyon. “Karena aku Ayah yang tidak ingin membodohi anaknya sendiri.”
Dengkusan kembali terdengar dari Kennan. Dia tahu Ayahandanya membalikkan kata-katanya tadi. “Jadi?”
“Kukira kau sudah tahu semuanya. Terlalu lambat.” cibir Kendrick pelan sembari menyandarkan punggung pada sandaran sofa dengan gerakan malas. “Waktu itu gadismu hanya sekarat. Hm, bisa dikatakan diujung maut. Saat kau menyerang Aristides, Dileon bajingan itu muncul dan membawa gadismu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...