T W E N T I E T H ; Do You Like Her?

53.2K 6.6K 250
                                    

OLINE menghela napasnya pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

OLINE menghela napasnya pelan. Untuk kedua kali dirinya datang ke tempat ini. Tempat yang menjadi impian para makhluk dunia Dracania untuk berkunjung.

Gadis itu akui penjagaan kerajaan Altissimo sangatlah ketat. Setiap sudut kerajaan pasti terdapat penjaga berbadan besar dan bergeming dari tempatnya layaknya manekin.

Dan kini, dirinya kembali di sini. Tempat di mana dia pernah berharap mengunjunginya. Dan tempat di mana nalarnya sebagai manusia mulai bekerja.

 Dan tempat di mana nalarnya sebagai manusia mulai bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya Oline masih tak mempercayai semua ini. Mungkin bagi orang lain yang mendengar isi kepalanya akan bosan saat ini.

Dia masih tak menyangka akan adanya kerajaan besar nan mewah ini. Dan dirinya masih tak membayangkan untuk apa dia ditarik kembali ke istana megah ini.

Terlalu banyak ruangan. Batinnya heran. Apa orang-orang yang tinggal di sini tidak tersesat? Bagaimana mereka bisa mengingat ruangan-ruangan di setiap lantai?

Ah, mengenai kerajaan ini mempunyai berapa lantai, Oline tidak dapat mengatakan yang pasti. Tapi bagi Oline, istana ini sungguh sangat besar dan tinggi. Bahkan tak pernah terbayang oleh Oline untuk menghitung berapa lantai istana ini.

“Kenapa berhenti?”

Matanya mengerjap. Oline menoleh, menatap Kennan yang melirik ke arahnya datar.

“Em, sebenarnya aku berpikir kenapa kau membawaku ke sini.” alibi gadis manusia itu sembari melirik ke arah lain.

Kennan mengangkat alisnya. Sedetik kemudian dia terkekeh pelan. Apa gadis di sampingnya ini lupa akan kemampuannya untuk membaca pikiran?

“Cailan sudah mendapatkan obat penawar untukmu.” Oline terdiam, fokus mendengarkan perkataan Kennan.

“Lalu kenapa kau tidak segera membawaku menemuinya dan malah mengajakku berkeliling terlebih dahulu?” Oline bertanya sambil bersedekap. Menatap Demon itu seolah menginginkan jawaban yang pasti.

“Cepatlah. Cailan sudah menunggu.” Kennan melangkah pergi mendahuluinya begitu saja. Oline yang tertinggal segera mengejar dengan cibiran pelan. Kenapa pemuda yang satu ini begitu banyak merahasiakan sesuatu? Sungguh menjengkelkan.

Prince in a Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang