TUBUH Oline terhuyung ke belakang begitu seseorang menarik lengannya. Punggungnya membentur sesuatu yang berada di belakangnya, membuat gadis itu perlahan berbalik dan mendongakkan kepala. “K-kennan?”
Kennan menatap Oline tajam, lalu melirik Alardo yang nampak bingung. “Dia milikku.”
Belum sempat Oline bereaksi, Kennan kembali menarik tangannya dengan paksa. Oline yang masih tidak percaya akan kata-kata Kennan tadi hanya bisa mengikuti langkah lebar Demon itu.
“Kennan,” Oline mencicit pelan. Entah kenapa nyalinya menciut begitu melihat Kennan. Demon itu menghilang tanpa kabar. Awalnya Oline berusaha mencarinya, namun usahanya sia-sia. Tidak ada yang ingin memberitahunya.
Semakin lama, Oline dapat merasakan pergelangan tangannya sakit akibat cengkraman Kennan, membuat gadis itu meringis pelan.
“Kennan! Berhenti!” Oline menghentikan langkahnya sembari menarik tangannya secara paksa sehingga langkah Kennan ikut terhenti.
Oline langsung menatap pergelangan tangannya yang memerah karena ulah Kennan, lalu mengelusnya sembari menatap Kennan yang masih memunggunginya kemudian menggerutu pelan.
Perlahan Kennan berbalik menatap Oline yang masih sibuk dengan dirinya sendiri. “Kenapa kau bisa bersama dia?”
“Dia siapa?” Kening Oline mengerut. Namun teringat kejadian tadi, dia mencicit ragu, “Maksudmu Pangeran Alardo?”
Kennan kembali melayangkan pertanyaan yang sama. “Kenapa kau bersama dia?”
“Memangnya kenapa kalau aku bersamanya? Kau aneh sekali,” gerutu Oline kesal.
“Aku sudah pernah mengatakannya. Aku tidak suka.” Kennan berdesis.
Oline mengerjap pelan, lalu menatap mata Kennan lekat. “Iris matamu merah,” gumamnya yang terus memerhatikan mata Demon itu.
Berarti yang selama ini dilihatnya tidak salah? Iris mata Kennan berubah warna menjadi merah. Entah Oline harus kagum atau heran melihatnya.
“Begitukah?” Kennan melangkah maju yang membuat Oline mundur karena takut.
“K-kennan?”
“Hm?”
“Kau bisa mundur? A-aku—” Punggung Oline membentur pilar sehingga dia tidak dapat kembali mundur.
Kini Kennan berdiri tepat di hadapannya, sangat dekat. Oline meringis pelan lalu hendak kabur lewat sisi kanan, namun dengan cepat Kennan mengungkung Oline dengan kedua tangannya.
Oline menelan salivanya kasar. Ragu-ragu dia membalas tatapan tajam Kennan.
“Jangan dekat dengannya.”
“Itu bukan urusanmu,” Oline menolehkan kepalanya, enggan menatap mata Kennan.
“Itu urusanku.” Kennan mendekatkan wajahnya ke telinga Oline. “Kau milikku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...