MENDENGAR itu Oline terhenyak beberapa detik. Pikirannya melayang, terlebih ke kejadian semalam.
Apa yang Alardo katakan benar? Tapi kenapa Kennan selalu memperlakukannya seperti tidak berharga? Kennan, Kennan, Kennan. Itulah nama yang terus berputar dalam kepalanya.
Alardo yang melihat Oline membisu dengan tatapan menerawang tersenyum tipis. Kalimat yang baru dia utarakan tadi tidak mengada-ada. Bahkan, hanya melihat tatapan Kennan saja semua orang sudah tahu kalau Demon itu mencintai perempuan di hadapannya ini.
"Kau masih tak percaya?" Alardo kembali bersuara, membuat Oline tersentak dari lamunannya.
Oline menatap Alardo ragu, lalu mengangguk. "Mungkin,"
"Hm, itu terserah padamu. Tapi yang menjadi hal utama, bagaimana perasaanmu padanya?"
Lagi-lagi Oline membungkam. Dia menatap Alardo yang seakan menanti jawaban darinya. Lalu sekarang, apa yang harus Oline jawab? Dia sendiri tidak yakin dengan perasaannya. Tetapi jujur saja, Kennan berhasil mengacaukan perasaannya.
Sebenarnya pertanyaan ini agak sensitif mengingat itu adalah privasi. Di bumi, tepatnya di tempat tinggalnya, privasi menjadi hal yang utama. Namun Oline tidak mungkin mengatakan itu sebab Alardo pasti akan bingung dan kemudian mencurigainya.
"Mm ... sebenarnya ak—"
"Pangeran Alardo?"
Suara lembut seseorang memotong perkataan Oline. Kini pandangan Alardo tertuju pada sosok di belakang Oline. Sedangkan gadis itu malah menghembuskan napas lega dan mengucapkan limpah terima kasih kepada orang yang berhasil menyelamatkannya dari situasi tersebut.
Tetapi menangkap raut wajah Alardo yang berbeda, Oline mengernyit bingung lalu memilih membalikkan tubuhnya, ingin melihat siapa yang datang karena mampu membuat Alardo terdiam cukup lama.
Dan saat melihat siapa itu, tubuh Oline mematung. Tanpa sadar mulutnya terbuka, terperangah melihat sosok yang kini berada di hadapannya.
Sangat cantik, pikirnya.
Sosok itu adalah seorang perempuan dengan surai pendek berwarna pirang, hidung yang terbentuk sempurna, bibir merah menggoda, wajah kecil, dan cukup tinggi untuk ukuran seorang perempuan.
Aura yang dipancarkannya sangat terasa anggun, bahkan senyuman yang kini terulas di bibirnya sangat elegan. Gaun berwarna abu-abu gelap yang dia pakai sangat sesuai dengan tubuh sempurnanya.
Mata perempuan itu kini beralih pada Oline yang masih menatapnya tak percaya. "Maafkan aku sudah mengganggu pembicaraan kalian."
Oline segera sadar dari pikirannya mengenai perempuan sempurna di hadapannya ini, lalu menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa. Kami tidak berbicara hal yang serius."
Pandangan Alardo langsung tertuju pada Oline dengan raut wajah seolah tak terima, membuat Oline menaikkan satu alisnya.
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...