"APAKAH Pangeran Claude sudah menjadi raja?" pertanyaan itu Oline layangkan untuk Iria yang sedang menata meja dengan berbagai hidangan.
"Benar, Nona. Namun sejak menjadi raja, Yang Mulia mengganti namanya menjadi Aristides."
Oline mengernyit. "Aristides? Nama yang aneh."
Iria tersenyum maklum akan cetusan polos Oline. Bahkan tanpa beban gadis itu mengatai nama rajanya aneh.
Sudah sebulan lebih Iria melayani Oline. Mengantarkan makanan, membawakan gaun (walaupun secara diam-diam) bahkan terkadang ia membawakan buah bernutrisi untuk Oline.
Selain Iria, tidak ada yang pernah datang ke sini. Setidaknya untuk saat ini Oline dapat bernapas lega karena tidak bertemu Raja Aristides sejak di penjara lama.
"Nama Aristides berarti putra terbaik, Nona. Nama itu adalah nama depan Yang Mulia yang sebenarnya. Saya beserta yang lain pun tidak tahu mengapa Raja mengubah namanya, namun nama itu telah membawa kemakmuran bagi kaum Vampire."
"Benarkah?" Oline yang sedari tadi duduk di atas kasur sambil memeluk kedua kakinya yang tertekuk berpikir sesaat. Kemudian gadis itu memilih bangkit lalu beranjak mendekati Iria. "Kali ini apa yang kau bawa?"
Iria tersenyum, meletakkan semangkuk bubur di depan Oline yang sudah duduk manis. "Bubur. Udara sangat dingin saat ini. Saya juga sudah menyiapkan sup kesukaan anda."
"Terima kasih." Oline segera meraih sendok dan menyicipi masakan yang telah dibawa Iria. Ada beberapa potong buah yang rasanya manis juga (Oline yang memesannya karena suka sejak pertama kali Iria membawanya).
Baru beberapa sendok menikmati buburnya, derit pintu terdengar. Oline dan Iria pun menolehkan pandangan dan mendapati seseorang yang berpakaian mirip seperti Iria berdiri di dekat pintu yang terbuka. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, pakaian mereka tidak begitu mirip. Pakaian Iria warna putih yang lebih mendominasi, sedangkan seseorang yang nampak sedikit berumur itu berpakaian gelap.
Iria segera mendekati wanita itu walau sebelumnya sempat tersentak. Oline yang tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan kembali menyantap makanannya.
Beberapa saat kemudian Iria kembali mendekati Oline dengan terburu-buru. "Astaga Nona, ini kabar baik!"
Oline menghentikan kegiatannya, menatap Iria bingung. "Kabar baik? Raja kalian mati?"
"Sttt! Jangan berbicara seperti itu dengan suara lantang, Nona. Nanti ada yang mendengar dan menyampaikannya kepada Yang Mulia."
"Memangnya itu bukan kabar yang baik? Bagiku sih iya."
Iria menghela napas. Mungkin lelah dengan ucapan Oline yang selalu seperti ini. "Nona, dengarkan saya baik-baik. Karena kebaikan hati Yang Mulia, akhirnya Nona bisa meninggalkan tempat ini."
"Meninggalkan tempat ini? Maksudmu aku bisa pergi dari kerajaan ini?"
"Bukan, Nona. Anda bisa meninggalkan penjara ini." Wajah Iria berseri. "Ayo, Nona, saya akan memandu anda keluar dari sini."
Walau sebenarnya bingung, Oline menurut. Dia berjalan di belakang Iria. Seperti yang pernah diceritakan Iria, di luar terdapat banyak penjaga dengan wajah pucat. Bahkan beberapa di antaranya mempunyai gigi taring yang mencuat di balik bibirnya.
Ternyata benar, selama ini Oline berada di bawah tanah karena sekarang dia harus menaiki puluhan anak tangga yang terbuat dari batu. Dingin menusuk kulitnya. Gaun tipisnya ini tidak dapat melindungi tubuh dari dinginnya udara. Ketika kakinya menapak anak tangga terakhir, ia mengernyit sesaat ketika wajahnya terpapar sinar mentari yang hangat. Kaki tanpa alasnya melangkah dengan ragu.
Iria yang kini di belakangnya mengulum senyum. Antara bahagia dan kagum melihat Oline sekarang. Bahagia karena akhirnya gadis tak bersalah itu keluar dari penjara, dan kagum melihat paras Oline di luar ruangan seperti ini. Apa lagi mentari mulai menyembunyikan diri di balik awan, sehingga tercipta cuaca mendung yang malah membuat kulit Oline menjadi putih yang kontras.
"Nona, kerajaan ada di sebelah timur. Mari ikuti saya."
"Baiklah."
Oline kembali mengetahui fakta yang sebenarnya. Penjara ini berada di tengah hutan. Ia kira berada di bawah tanah kerajaan.
Memikirkan kenapa Raja Aristides mengeluarkannya dari penjara cukup janggal. Kenapa sekarang pria itu tiba-tiba berbaik hati dan membiarkannya tinggal di istana? Pria itu sangat membencinya, mengingat bagaimana pria itu memperlakukannya. Tidak mungkin dia mau membiarkannya lepas begitu saja.
Raja Aristides, dia benar-benar aneh dan patut dicurigai.
A/N :
Maaf satu bulan lebih tidak up dan begitu up malah pendek.
Aku benar-benar berada di titik mager. Tapi jalan cerita ini masih terus berjalan di dalam pikiranku. Tidak sabar untuk sampai di bagian yang kusukai. Makanya aku mengumpulkan niat dan menulis part ini walau sedikit. Walau sedikit, lama-lama bisa menjadi bukit, kan?
Tidak pasti kapan aku akan up lagi. Jadi harap banyak bersabar ya. See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...