PANDANGAN Oline tidak terlepas dari hamparan danau. Dia masih di sini. Memikirkan ulang apakah keputusannya ini sudah tepat atau malah sebaliknya.
“Gadis yang manis. Apakah kamu mau kembali ke Bumi?”
Oline mengerjap pelan. Dia menatap mata Elica yang menyorotinya lembut. “Iya,” jawabnya tanpa berpikir dua kali.
Sontak Elica tersenyum manis, lalu mengelus pipi Oline pelan. “Besok adalah waktunya. Pelayan akan datang menjemputmu.”
“Kenapa tidak sekarang saja?” tanya Oline heran. Bukankah sekarang waktu yang tepat? Mereka ada di luar istana dan sangat sepi di sini. Tidak akan ada yang melihatnya.
“Ada alasannya. Kalau begitu sampai jumpa besok, Oline.”
Elica berbalik dan melangkah pergi. Namun saat baru tiga langkah, wanita itu kembali berbalik menatap Oline dengan senyuman.
“Kalau kau ingin melihat sesuatu yang sangat indah, datanglah ke danau ini saat malam hari.” Sesudah mengatakan itu, Elica pun meninggalkan Oline yang menatap kepergiannya dengan bingung.
Tanpa sadar Oline menghela napas panjang. Dia mendongak menatap langit, lalu tersenyum. Dalam hati dia terus berkata, ini jalan yang benar.
Kali ini Oline mengikuti perkataan Elica tadi. Dia sekarang sedang berada di depan danau. Sebenarnya dia sudah di sini berjam-jam karena tidak ingin kembali ke dalam istana.
Lagi pula, buat apa dia terkurung di dalam istana terus menerus? Lebih baik dia menetap di sini.
Dan perkataan Elica benar. Saat malam, danau ini terlihat sangat cantik. Bunga-bunga teratai itu bercahaya sehingga menerangi hamparan danau.
Sebenarnya Oline heran, bagaimana bisa bunga-bunga itu memancarkan sinar? Namun ketika sadar di mana dia berada sekarang, Oline jadi mengerti.
“Nona,”
Oline menoleh ketika suara seseorang terdengar. Dia mengerutkan kening bingung, heran bagaimana perempuan ini bisa berada di sampingnya tanpa menimbulkan suara.
Tanah yang dipijaknya ini ditumbuhi rumput taman, jadi saat seseorang berjalan dan menginjaknya, pasti akan terdengar derap dan suara gerisik.
Namun lagi-lagi Oline memakluminya. Mereka adalah makhluk immortal. Jadi jangan heran dengan semua kejadian kecil seperti ini.
“Maaf, maksudmu aku?” tanya Oline pada perempuan itu sambil menunjuk dirinya sendiri.
Meskipun di sana hanya ada mereka berdua, namun Oline harus tetap bertanya. Mungkin saja perempuan itu berbicara dengan sesuatu yang tidak bisa dilihatnya.
Seketika Oline merutuk. Astaga, kenapa sedari tadi dia berpikiran seperti ini.
Perempuan itu mengangguk pelan. “Saya Ri, pelayan Queen. Queen ingin Anda segera masuk ke istana dan makan malam.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...