SEMILIR angin berembus menyapu wajah gadis yang tengah memejamkan mata. Membiarkan rambutnya yang terurai berterbangan. Suara gerisik ranting pohon terdengar, membuat kesadaran gadis itu kembali.
Kelopak matanya perlahan terbuka. Awalnya kabur, namun beberapa saat kemudian penglihatannya menjelas setelah mengerjap beberapa kali. Iris mata cokelatnya berpedar bingung. Ia menoleh ke kiri dan kanan. Aneh. Mengapa ia bisa berada di dalam hutan?
"Halo, apa ada orang di sini?" tanyanya sedikit berteriak. Ada suara air yang mengalir. Itu yang dapat ia dengar sekarang.
Menuju arah suara air mengalir berasal, Oline -namanya- melangkah dengan waspada. Hutan sangat sunyi. Menyadari sesuatu, langkah gadis itu terhenti. Ia melirik ke bawah. Pakaiannya masih sama seperti yang terakhir kali dilihatnya. Piama tidur berwarna merah muda ditambah sandal berbulu berwarna senada.
Oline mengelus tengkuknya. Udara di hutan ini dingin. Suara burung-burung bersahutan di atasnya membuat Oline mendongak. Dilihatnya dua ekor burung berwarna biru yang saling mengejar. Tanpa disadarinya sudut bibirnya terangkat. Burung yang cantik. Batinnya bersuara.
Hutan ini sangat luas. Pohon-pohon yang tingginya berkisar 40 sampai 50 meter tersebut memiliki daun hijau yang lebat. Semua ini terasa asing bagi Oline. Kenapa dia bisa terdampar di hutan? Seingatnya yang terakhir kali ia lakukan adalah terlelap di atas kasur tanpa melepaskan sandal bulunya karena terlalu lelah.
Mata Oline melebar. Jangan-jangan ada kawanan perampok yang memasuki apartemennya dan membawanya ke hutan. Jangan-jangan dia diculik dan dibuang di hutan ini. Dengan cepat Oline menggeleng sambil memukul kepalanya pelan.
"Bodoh. Apartemenku berada di lantai teratas." gumamnya menyerapahi dirinya sendiri. Mana mungkin ada orang yang berani memasuki gedung apartemennya yang penjagaannya saja sangat ketat.
Untuk masuk harus memberikan sidik telapak tangan pada sebuah monitor. Setelah itu, monitor akan menentukan apakah orang itu layak masuk atau tidak. Ada pos satpam di depan gerbang. Ada juga dua satpam yang berjaga di depan pintu masuk dan beberapa lainnya di lobby. Beberapa satpam lainnya berkeliling menjaga-jaga sekitar apartemen.
Baiklah, Oline akui dia memang dari keluarga berada. Tidak terlalu kaya sih, tapi setidaknya keluarganya mampu memberi fasilitas berupa apartemen elit dengan penjagaan super ketat dan menyekolahkannya di salah satu universitas ternama di London.
Manik cokelat Oline mengerjap. Ia menoleh ke samping. Seakan lupa dengan tujuannya mendekati arah suara aliran air karena mendengar gerisik dedaunan di balik pohon di bagian kanan.
Langkah Oline menuju asal suara gerisik itu. Ia berdiri tepat di depan sebuah pohon tua yang besar. Dengan perlahan ia mengintip ke belakang pohon. Jantungnya berdegup keras.
Di sana. Beberapa meter di belakang pohon yang menutupi dirinya ada makhluk aneh. Jumlahnya tak bisa dikatakan sedikit. Badannya besar dan tubuhnya seperti gorila. Kulitnya berwarnaㅡatau lebih tepatnya berbulu cokelat keemasan. Taring giginya panjang hingga melewati bibir bawahnya. Bibirnya lebar hingga pipi. Telapak tangannya besar dan jalannya seperti monyet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...