KINI Oline berharap waktu dapat berputar balik. Dia tidak ingin bertemu Pangeran Werewolf itu! Oh, jangan lupakan senyuman manis yang dilayangkan Alardo kepadanya.
Aila yang berdiri di belakangnya bahkan mematung melihat keberadaan Alardo.
Oline meringis pelan. Apa yang Alardo lakukan di sini? Di depan rumah Aila? Apa lagi Uniar pun turut serta berkunjung.
“Hai nona-nona.” sapa Alardo yang masih mempertahankan senyumannya.
“Selamat pagi, Pangeran.” Aila dengan gugupnya menunduk hormat.
Alardo terkekeh. “Kau terlalu sopan.” katanya sambil melirik Oline yang kini memalingkan wajahnya karena enggan menatap Pangeran Werewolf itu.
Entah mengapa, Oline merasa risih. Lagi pula, ada urusan apa yang membuatnya datang sepagi ini ke rumah makhluk biasa seperti mereka?
“Nona Aila?”
“Ada yang bisa saya bantu, Pangeran?” Aila masih menunduk dengan wajah yang memerah. Melihat sikap malu-malu Aila, Oline berdecih pelan.
Apa yang perlu dilihat dari Pangeran di hadapannya ini? Dia memang sangat tampan, tapi di sisi lain terlihat berbahaya.
Auranya cukup mengintimidasi, membuat Oline tak nyaman jika berurusan dengannya. Padahal ini kali kedua mereka bertemu.
“Apa aku boleh meminjam temanmu?” tanya Alardo membuat Oline melebarkan matanya.
Pandangan Oline kini tertuju pada Aila yang juga menatapnya. Oline menggeleng pelan dengan tatapan memelas begitu mengerti akan arti sorot mata Aila.
Berdeham kecil, Aila memberanikan diri menatap Alardo. “Maaf kalau saya terkesan tidak sopan, tapi saya dan Oline harus mengerjakan sesuatu sekarang.”
“Kalau boleh tahu apa itu?”
“Kami akan memetik buah di kebun, membersihkan ladang bunga, dan mencari tanaman herbal.” jawab Aila tanpa ada kebohongan sedikit pun. Karena memang tujuan mereka keluar sepagi ini untuk mengerjakan semua hal itu.
“Bukankah itu pekerjaan yang mudah?” balas Alardo sambil menaikkan alisnya.
Aila mengangguk membenarkan. “Namun tanaman herbal yang akan kami cari ini sukar ditemui.”
Mendengar itu, Alardo tersenyum penuh kemenangan. “Kalau begitu bawalah Uniar. Kalian sahabat, dan pasti kau tahu bahwa dia sangat pandai dalam hal seperti itu.”
Seakan tidak ada kata-kata lain yang dapat diutarakan, Aila menatap Oline menyesal. Oline pun hanya menarik napas dalam-dalam. Dia tidak bisa memaksa Aila untuk berkata lebih jauh. Karena sepertinya, Elf itu cukup takut akan Alardo.
“Baiklah. Aku akan ikut.” kata Oline pada akhirnya.
Sontak Aila menatap Oline kaget, yang dibalas gadis itu dengan senyuman seakan mengatakan jika semua akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince in a Dream ✓
Fantasy[SUDAH TERBIT | PART LENGKAP] (Fantasy-Romance) #1 in fantasy per 15-11-2020 #1 in another dimension 01-05-2021 #1 in prince 17-07-2021 #1 in king 17-07-2021 #1 in mate 28-11-2021 #2 in pangeran 01-05-2021 #3 in romance [out of 382k stories] 30-05-2...