Setelah kejadian sekitar setengah jam yang lalu, Aletha belum kunjung mengistirahatkan tubuhnya karena sekarang gadis itu tengah berdiam diri di balkon kamarnya dengan sebatang rokok yang lagi lagi terselip indah di bibir gadis itu.
Ia memandang lurus kedepan dengan tatapan mata kosong dan matanya juga mulai memerah.
"Gue benar benar sendiri di sini"ucap gadis itu dengan lirih sambil kembali menghisap racun itu setelah ia menghembuskan asapnya.
"Satu satunya keluarga yang gue punya, nggak pernah nganggap gue ada"ucapnya lagi tanpa terasa air mata gadis itu mengalir membasahi pipi mulusnya.
"Keluarga ibu gue, nggak tau bentukannya kaya gimana"lanjutnya lagi sambil terus menatap kosong lurus ke depan.
"Ibu gue meninggal karena depresi, nggak sanggup ngurusin gue dan bokap yang nggak mau ngakuin kalau gue anak dia"lanjutnya lagi dengan air mata yang terus saja mengalir.
Gadis itu kembali mengisap rokoknya dalam dalam sambil menutup mata indahnya itu dengan senyum tipisnya.
Tapi ketahuilah, jika gadis ini pandai untuk berpura pura baik baik saja di depan semua orang.
Gadis itu kembali membuka matanya bersamaan dengan gumpalan asap yang keluar dari mulut gadis itu.
Entah sudah berapa batang gadis itu hisap, karena terbukti sudah cukup banyak sisa filter rokok itu yang berhamburan di lantai.
Aletha menghapus air matanya dengan kasar sambil mengambil minuman rasa kelapa kaleng yang ada di lantai itu untuk menetralkan alkohol yang ia minum tadi.
Ia meneguk minuman itu dengan pelan dan jangan lupakan wajah gadis itu yang hampir di penuhi lebam bahkan ia tidak memperdulikan luka tersebut karena sedari tadi juga ia sama sekali belum mengobati luka yang ia dapatkan dari perkelahian.
Setelah meneguk minuman itu, ia kembali menatap lurus ke depan dan datik berikutnya ia terkekeh seperti orang gila.
"Selucu itu hidup gue"ucap gadis tersebut sambil terkekeh geli dan kembali menghisap rokok miliknya.
"Andai waktu bisa di putar kembali, gue juga nggak mau milikin nasib kaya gini"ucap Aletha sudah menjatuhkan rokoknya bahkan sekarang ia tengah memeluk lututnya dengan tatapan yang masih lurus ke depan.
Padahal waktu hampir menunjukkan pukul setengah empat pagi dan gadis itu sama sekali belum menutup matanya, untung saja esok hari libur jadi ia bisa tidur sepuasnya dengan nyenyak.
Gadis itu lagi lagi kembali diam dengan tatapan kosongnya menikmati udara di pagi buta ini yang jelas jelas tidak baik untuk kesehatannya.
Ia mulai menenggelamkan wajahnya di antara lututnya tanpa perduli jika sekarang, ia sama sekali belum mengganti seragam yang ia kenakan dari tadi pagi.
"Hiks.....hiks...."terdengar isakkan tangis pelan dari gadis yang tengah menenggelamkan wajah di lututnya itu.
"Hiks....gue nggak pengen hidup kaya gini"lirih Aletha pelan.
"Gue pengen punya keluarga yang lengkap"ucap gadis itu lagi.
"Gue pengen kaya anak remaja remaja pada umumnya"gumam gadis tersebut.
"Gue pengen punya bokap yang sayang sama gue, yang mau lindungin gue dalam keadaan apapun"ucap Aletha sambil kembali mengangkat kepalanya menatap pagar pembatas balkon kamarnya.
"Tapi nyatanya apa? Itu semua hanya keinginan bodoh yang jelas jelas nggak bakal gue dapatin"lanjutnya sambil menghapus kasar air matanya.
Setelah melakukan hal tersebut, Aletha bangkit dari duduknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRAGILE ALETHA (End)
Novela JuvenilBagaimana jadinya jika kedua orang yang saling bermusuhan di pertemukan pada satu sekolah yang sama dan mereka adalah Aletha Griselia Admaja, gadis dengan sejuta luka dan Sakti Bara Dirgantara anak dari Arkan Putra Dirgantara dan Keyla Alexandra Wij...