EPILOG

12.8K 435 68
                                    

  Dewa membaringkan tubuh Aletha dengan hati hati di bangku penumpang dengan wajah yang sedari tadi menampilkan kegelisahan.

"Lo harus bertahan!"ucap Dewa sekali lagi dan mulai menutup pintu mobil tersebut.

"DEN DEWA!!"Dewa memberhentikan kegiatannya yang hendak membuka pintu mobil tempat di mana sang pengemudi berada.

Dewa menatap ART rumahnya yang tengah berlari dengan tergesa gesa ke arah dirinya dan jangan lupakan wajah khawatir yang ia tampilkan.

"Bibi ikut yah"ucap ART rumahnya itu yang membuat Dewa mengangguk tanpa ragu.

"Bibi temenin Aletha di belakang"ucap Dewa yang membuat sang ART mengangguk.

ART rumahnya masuk ke dalam kursi penumpang itu dimana sosok Aletha berada begitu juga dengan Dewa yang sudah masuk ke dalam mobil itu.

Dewa menatap kaca yang ada di depannya melihat sang bibi yang tengah memangku kepala Aletha yang masih tidak sadarkan diri itu.

Dewa mulia menyalakan mesin mobilnya dan setelah itu ia mulai menjalankannya dengan sedikit terburu buru.

Sedangkan dari dalam kamar Aletha, Tania nampak begitu terkejut dengan apa yang ia dapatkan sekarang.

Ia tengah menggenggam sebuah botol obat dan kertas yang ia dapatkan dari laci nakas sang kakak.

"Jadi selama ini kak Al punya penyakit parah"ucap Tania dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Gue harus kasih tau ini ke bunda"ucapnya lagi dan langsung berlari keluar dari kamar itu.

Tania menuruni tangga dengan terburu buru tanpa perduli jika nanti ia akan jatuh.

"Bunda!"panggil Tania kepada sang ibunda yang tengah memasang wajah sedikit khawatir karena tadi melihat Aletha yang tidak sadarkan diri di gendong oleh anaknya.

"Lihat ini"ucap Tania dengan air mata yang terus saja mengalir tanpa hentinya.

Melihat sang anak mengulurkan sebuah kertas dan obat ke arahnya membuat dirinya mengambil dua benda itu.

Sang ibunda mulai membaca tulisan obat dan sebuah kertas yang berisi resep dokter dari Raina yang Aletha datangi beberapa hari yang lalu.

"Jadi selama ini Aletha punya penyakit parah"ucap Kartika dengan raut wajah tidak percaya.

"Selama ini kak Aletha sakit bunda"lirih Tania dengan air mata yang makin deras membasahi pipinya.

Sang ibunda menatap anaknya dan detik berikutnya ia buru buru mengeluarkan ponsel dari saku celana yang ia pakai.

Sedangkan dari sebuah jalanan yang ramai di siang hari ini, mobil Dewa melaju dengan kecepatan tinggi untuk cepat tiba di rumah sakit.

"Ck!"Dewa berdecak dengan kesal ketika melihat adanya kemacetan di depannya.

Ia melirik Aletha yang tak kunjung membuka matanya dengan darah yang sudah mengering di pipinya dan jangan lupakan sang bibi yang juga sudah menangis tersedu sedu melihat gadis yang selama ini ia anggap anaknya.

"Gue mohon Al, lo harus bertahan"ucap Dewa sambil memutar arah mobilnya.

Lelaki itu kembali mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi tanpa perduli apa yang akan terjadi jika ia terus berkendara seperti itu.

Sang bibi mengusap pelan rambut Aletha dengan sayang dengan wajah pucat pasih gadis itu yang terlihat sangat jelas.

"Kamu harus kuat sayang"ucap sang bibi dengan lirih.

FRAGILE ALETHA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang