6

1.6K 279 22
                                    

"Gar, anterin gue pulang!" Alana tiba-tiba menarik Edgar hingga bangkit dari duduknya. Padahal Edgar baru saja duduk untuk menikmati milkshake yang baru di pesannya.

"Lo kenapa?"

"Gue nggak mau beol di sini, gue mau pulang aja." Alana menghentakkan kakinya dengan kesal.

"Lagian kenapa kalau beol di sini? Yang penting 'kan lo udah berhasil lahiran dengan selamat."

"Pokoknya gue mau pulang, Edgar!"

Alana kesal karena bukannya menuruti permintaannya, malah Edgar banyak bicara.

"Iya-iya. Entah setan apa yang nyambet lo di toilet." Akhirnya Edgar menuruti perintah Alana untuk mengantarnya pulang.

Saat di atas motor dalam perjalanan pulang, Edgar mendengar Alana menangis sesenggukan. Pasti terjadi sesuatu, pikir Edgar.

"Lan? Lo kenapa?"

"Ih, jahat! Jahat!" Alan mengigit punggung Edgar dengan beringas.

"Aw, sakit! Kanibal lo, ya!" Edgar menggosok punggungnya yang sakit bekas digigit Alana, kalau sampai rabies bagaimana? Hehe canda.

Alana semakin brutal menggigiti punggung Edgar untuk melampiaskan kekesalannya.

"Lan, tenang dulu. Jangan gigitin punggung gue terus!" Alana tak menghiraukan larangan Edgar.

"Lan! Lo mau kita nabrak?"

***

"Udah tenang?"

Edgar membawa Alana ke sebuah taman yang sepi. Ia memutuskan menenangkan Alana dulu, daripada punggungnya tinggal tulang karena disantap Alana. Cewek itu kalau sedang kesal buasnya melebihi ikan Piranha.

"Gue jijik banget, Gar."

Alana meraih tangan Edgar dan menggigitnya dengan gemas. Edgar membaui tangannya yang bekas digigit Alana. Nggak papa, bau jigong cewek cantik.

"Apaan sih, lo? Abis ini gue mesti cuci tangan gue tujuh kali, salah satunya dengan tanah." Edgar pura-pura marah.

"Edgar!"

***

"Gue udah tau kali." Edgar berkata datar setelah Alana bercerita panjang lebar padanya.

"Apa? Kok lo diem aja?" Alana kesal dan bersiap menggigit tangan Edgar lagi.

"Kalau gue yang bilang apa lo akan percaya? Pasti lo bilang gue mengada-ada."

Edgar sudah tau kalau Gerald adalah seorang gay, ia pernah bertemu dengannya saat di mall bersama Juki dan Cahyo tempo hari.

Saat itu Gerald berjalan berdua dengan seorang pria yang seusia dengannya, mereka berpelukan dengan mesra tanpa merasa risih dengan tatapan orang sekitarnya. Maklum, ini 'kan Indonesia, bukan Thailand yang melegalkan LGBT.

"Makanya gue biarin lo tau dengan sendirinya," imbuh Edgar.

Alana merasa sangat malu pada Edgar, ia sempat tak menghiraukan larangan Edgar. Ia tahu Edgar melakukan semuanya demi kebaikannya.

"Lan, gue sahabat lo. Gue, Cahyo, Juki. Kami bertiga sayang sama lo. Kami nggak mau lo sakit hati." Edgar berkata dengan serius. Alana menghela nafas, memang ketiga cowok itu sahabatnya dari dulu. Mereka bahkan sudah seperti saudara.

"Maafin gue, karena udah nggak percaya sama lo." Alana berkata lirih.

"Udah biasa kali. Setiap lo deket sama cowok lo pasti jauhin gue, kalau lo nangis, lo balik ke kita, biasalah ...." Edgar menyindir kebiasaan Alana.

"Gar, gue ...." Alana merasa tak enak mendengar sindiran Edgar, ia memang selalu begitu. Datang kepada Edgar jika sudah kena batunya.

"Gue selalu ada buat lo, jangan khawatir." Edgar menepuk pundak Alana, membuat Alana merasa bersalah. Selama ini ia selalu mementingkan gebetannya daripada teman-temannya.

"Gar ...."

Alana terharu mendengar ucapan Edgar, matanya berkaca-kaca. Tumben sekali manusia bahlul itu bisa berkata bijak, pikir Alana. Ia memandangi wajah Edgar yang seperti menunggu sesuatu.

"Kalau di novel-novel biasanya si cewek meluk cowoknya." Edgar berujar santai.

"Mupeng lo!"

***

Hari berganti hari, Alana Kembali ceria seperti biasanya, ia mulai bisa melupakan kisah cintanya yang layu sebelum berkembang bersama Gerald.

"Lan, jangan lupa ntar kita kumpul-kumpul." Edgar mengingatkan. Minggu ini jadwalnya mereka menyambangi markas mereka.

"Iya, lo jemput gue, ya?" Alana lahap menyantap mi instan, mangkok kedua. Kata Nathan pura -pura bahagia butuh energi 'kan?

"Jangan kelamaan dandan kayak tempo hari. Nggak usah pakai pencil  2b segala, mata lo jadi serem kalau dikasih itu." Edgar tersenyum geli mengingat dandanan Alana tempo hari.

"Itu namanya eyeliner, Edgar! Bukan pencil 2b!" ralat Alana kesal.

"Whatever."

"Gue 'kan juga pingin cantik kayak cewek yang lain." Alana mendengus sebal, mengapa teman-teman cowoknya tak pernah menganggapnya seperti seorang cewek.

"Cewek lain didandanin jadi cakep, kalau lo jadi kek banci taman Lawang. Alis lo 'tuh udah kek stang motor RX king." Edgar mencoret pipi Alana menggunakan spidol permanen.

"Edgar!" Alana kesal dan memukuli Edgar dengan membabi buta, Juki dan Cahyo saling melempar senyum penuh arti melihat kedekatan mereka berdua.

"Aw, sakit. Gila lo, Lan! Ganas banget jadi cewek."

***

Teman Tapi Mupeng (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang