"Dasar, cowok di mana aja sama, buaya."Alana menggerutu seorang diri sambil mencoret-coret foto Na Jae Min, biasnya selama ini. Ia memberi kumis dan kacamata, memberi pipinya jerawat, juga menghitamkan giginya secara berselang seling. Hitam, putih, hitam lagi. Sudah seperti piano gigi idolanya itu.
Kalau fans idolanya itu tau, bisa-bisa ia diancam dibunuh. Bayangkan saja wajah tampan itu berubah jadi burik dalam sekejap. Yang paling menggelikan Alana juga menambahkan rambut berdiri ala jamet di atas kepalanya. Apa salah biasnya itu? Mengapa Alana melampiaskan amarahnya pada wajah tampan Na Jae Min?
"Muka lo kenapa?" Juki menghampiri Alana dan duduk di sampingnya.
"Nggak kenapa-kenapa, tetap cantik mempesona sepanjang masa." Alana menjawab tak nyambung.
"Gue iyain ajalah."
Juki menggaruk rambutnya yang sudah seminggu tak keramas, maklumlah cowok itu hanya akan keramas jika sudah mimpi ... Em mimpi, ya itulah.
"Bunda bilang kemarin lo disamperin cowok?" tanya Edgar yang tiba-tiba datang dari arah yang tak disangka-sangka (udah kayak rejeki, ya? Hehe)
"Adrian."
"Adrian? Mau apa dia?" Edgar bertanya keheranan.
"Nganter oleh-oleh." Alana teringat perihal ubi ungu itu. Mana banyak sekali, ada kali lima kilo. Kalau sudah begitu siapa yang tidak senang, kalau bukan bundanya.
"Seharusnya sekarang muka lo berseri-seri, kenapa jadi kayak gini?" tanya Edgar.
"Hua, Edgar! Dia buaya juga." Akhirnya Alana tak tahan untuk mencurahkan beban hidupnya pada sahabatnya itu. Ia menangis tanpa air mata, hanya suaranya saja yang memekakkan telinga.
Tak hanya laundry saja yang ada dry clean, ada juga menangis secara dry cry hehe, kalau jokesnya garing silahkan disiram.
"Bosen gue liat lo kayak gini." Edgar mencebik, tak merasa iba sama sekali dengan beban hidup Alana. Baru kemarin Gerald, sekarang Adrian. Entah siapa lagi besok.
"Udah, sekarang masalah percintaan lo yang nggak penting itu dipending dulu. Bentar lagi ada try out matematika, udah belajar belum?" tanya Juki, maklumlah selama ini ia bergantung pada Alana sebagai 'sumber ilmu pengetahuan'
"Belum."
"Yah ...."
"Tenang aja, udah gue siapin amunisi." Alana tersenyum lebar, sejenak ia melupakan tentang Adrian.
"Gue lihat hari ini lo aneh." Edgar mengamati penampilan Alana yang agak berbeda.
"Aneh gimana?"
"Ngapain lo pake bandana yang lebar banget, udah kek empang engkong gue. Gue jadi ragu, itu bandana apa perban. Lo abis kejedot? Terus gegar otak?"
"Belum tau aja lo." Alana mengambil sesuatu dari bandananya, sebuah gulungan kertas kecil. Tapi ketika dibuka ....
"Busyet! Udah kek struk belanjaan."
Juki takjub melihat contekan Alana yang sangat panjang. Alana menggulungnya kembali dan menyelipkannya dibawah bandananya. Alana terinspirasi metode mencontek setelah menonton film Bobo Ho.
"Terus kenapa lo pakai kaos kaki panjang gitu? Udah kek pemain bola tau. Jangan-jangan lo nyimpen amunisi di situ juga?" tanya Edgar curiga.
"Ow, hiya dwong! Kanan rumus trigonometri, kiri rumus operasi aljabar." Alana tersenyum bangga.
"Bagus, sekarang gue bisa tenang pasrahin masa depan gue sama lo." Juki menepuk pundak Alana.
"Eits, ada lagi dong." Alana mencabut plester di sikutnya. Edgar segera merebutnya.
"Payah lo! Rumus pitagoras aja lo tulis." Edgar mencibir Alana yang memang lemah di matematika.
"Buat jaga-jaga kalau gue lupa."
"Parah!"
"Ada lagi contekan lo?" Juki jadi penasaran sebenarnya ada berapa banyak contekan yang disiapkan Alana.
"Gue udah tatto paha gue dengan rumus bangun ruang. Lengkap pokoknya!" Sengaja Alana bangun subuh untuk merajah paha mulusnya, ia bahkan rela tidak mandi.
"Coba sini lihat?" Goda Edgar.
"Mupeng lo!"
"Untung gue punya sahabat kek lo, udah baik, ramah tamah gemah ripah loh jinawi, rajin menjahit, rajin menabung ...."
"Hilih, peres! Emang lo temenan sama gue mau manfaatin gue doang 'kan? Mentang-mentang gue cantik dan kawai."
"Kawasaki?" ledek Edgar.
"Makanya, Lan. Kalau lo nggak mau dimanfaatin, jadilah orang yang tidak bermanfaat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mupeng (Complete)
HumorNggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita? Setuju? Kalau nggak percaya baca aja cerita ini.