"Tuh 'kan? Udah aku duga tujuan kamu ngajakin aku ke sini mau ngajak balikan."
Sebenarnya Alana sedang kebingungan untuk menjawab, mau diterima kok kayaknya murahan banget, nanti ia bisa dihujat netizan, dikatai menye-menye lah, nggak punya harga diri lah. Tapi kalau ditolak sayang juga hehe ...
"Sebenarnya aku udah nyiapin kejutan buat kamu, aku udah pesen table di restoran. Tapi terhalang hujan gini."
Adrian sudah menyiapkan meja dengan lilin-lilin yang indah, sengaja untuk membangun suasana romantis. Walaupun ia tau kalau Alana pasti akan meledeknya 'Kamu mau ngepet, Mas?'
"Itu tandanya kita nggak diijinin balikan. Lagian kamu nggak bosen apa? Kita nih putus nyambung mulu. Kek orang labil tau, nggak?"
"Alana, maafin semua kebodohan aku di masa lampau. Aku sadar, aku memang salah, aku udah sia-siakan waktu kita selama bertahun-tahun. Ijinkan aku menebus semua kesalahanku."
Adrian berkata dengan tulus, tak peduli ada orang lain yang sedang memperhatikan mereka. Ibu-ibu penjual jagung yang menyaksikan drama live itu menjadi salah tingkah, ia sampai lupa mengipas jagungnya. Alana apalagi, ia merasa malu, wajahnya bertambah merah hingga ke telinga. Adrian ini, prospek cewek nggak liat sikon.
"Kalau aku sampai nerima kamu lagi, aku pasti dikatai sebagai cewek paling tolol abad ini."
"Ini yang terakhir kali, aku mohon. Aku tau kamu masih cinta sama aku, jangan lagi sia-siakan waktu untuk berseteru."
Alana mengamati wajah Adrian. Pria itu memang tampak serius. Ia jadi bimbang, haruskah ia menerima ajakan Adrian? Apakah ia tak terlalu gampangan?
"Nggak ah, Mas. Aku udah sakit hati. Kamu seenaknya aja mutusin aku, dua kali lagi. Mentang-mentang kamu ganteng dan aku bucin. Kamu seenaknya saja mainin perasaan aku. Kamu nggak bisa seenaknya datang dan pergi seperti jailangkung, datang nggak dijemput, pulang nggak dianter."
"Kasih tau aku. Gimana caranya aku nebus kesalahan aku? Apa aja akan aku lakukan demi kamu." Adrian merendahkan harga dirinya di depan Alana, hingga ke titik terendah.
"Kalau bikin candi?"
"Serius, Alana." Adrian kesal karena Alana malah meminta syarat yang aneh-aneh, dipikir dia itu Roro Jonggrang atau bagaimana?
"Aku juga serius, Mas. Aku males mikirin cinta-cintaan lagi. Aku mau fokus ngejar cita-cita aku."
"Aku janji, aku nggak akan menghalangi kamu ngejar cita-cita. Akan aku dukung, seratus persen."
"Aku mau ngajuin beasiswa ke Jerman. Emang kamu mau nungguin aku?"
"Jangan ke Jerman, dong. Di sini 'kan banyak fakultas yang bagus." Adrian tak bisa membayangkan kalau ia akan berjauhan lagi dengan Alana. Waktu tiga tahun itu sudah cukup baginya untuk membuang-buang waktu.
"Katanya mau dukung?"
"I-iya, tapi ... Aku ke sini 'kan demi kamu. Aku ngajuin mutasi, malah kamu yang pergi."
"Aku males pacaran lagi, maunya nikah aja." Alana berkata asal. Ia sendiri kaget, bagaimana kata-kata itu bisa terlontar begitu saja dari mulutnya. Kebiasaan nyablak sih, beginilah kalau mulut sudah rusak engselnya.
"Oke, siapa takut. Besok aku ke rumah."
Alana panik mendengar jawaban Adrian. Ia menyesali mulutnya yang asal saja nyeletuk bebas tanpa dipikir.
"Loh-loh, Mas. Aku 'kan nggak bilang mau nikah sama kamu. Lagian kamu berani datang ke rumah? Nanti kamu digebukin bang Paul."
Alana yakin, abangnya itu akan berubah menjadi Hulk saat melihat kedatangan Adrian. Abangnya itu sudah bersumpah akan menghajar Adrian karena sudah meninggalkannya.
"Aku nggak takut. Aku tau aku salah, karena pergi begitu aja."
Alana berpikir sejenak, ia bimbang. Sepertinya Adrian benar-benar menyesali kesalahannya. Lagipula ini bukan salah Adrian sepenuhnya. Pria itu meninggalkannya bukan karena selingkuh, ia hanya cemburu melihat kedekatannya dengan Edgar.
"Ah, nggak ah. Aku masih jengkel sama kamu. Lagian ngapain kamu nggak nyari cewek lain aja, sih?" Alana masih bersikap jual mahal.
"Cuma kamu yang ada di hati aku selama beberapa tahun ini."
'Aw, meleyot dedek, Mas!' Alana berteriak dalam hati.
"Bohong! Emang kamu nggak pernah pacaran sama cewek lain, setelah putus dari aku?"
"Nggak pernah. Aku nggak pernah ngelirik cewek lain. Kamu pacar pertama aku, the one and only."
"Gombal!" Tak urung Alana merasa senang juga digombali oleh Adrian, hatinya memang sangat lemah kalau masalah begini. Bodoh amat ia dihujat gampangan, menye-menye dan sebagainya. Ini udah episode 70 masa nggak balikan juga, terus kapan endingnya hehe.
"Emangnya kamu? Kamu udah beberapa kali pacaran setelah kita putus 'kan?" Adrian mengamati Alana dengan pandangan menghakimi.
"Kok tau?"
"Taulah, aku kan stalking IG kamu terus."
"Yang bener?"
"Aku bela-belain bikin akun abal-abal. Pangeran biru itu 'kan nama akun aku."
"Oh, itu kamu?" Alana kaget, tentu saja ia tau akun itu. Akun yang selalu menstalking postingan story IG miliknya.
"Lebay banget, kenapa nggak pangeran ijo aja? Biar kayak Shrek?" cibir Alana.
"Aku rela jadi Shrek, asal kamu jadi Viona."
"Mas, apa selama di Aussie kamu kebanyakan makan daging Kangguru? Gombalan kamu itu loh, lancar jaya."
"Aku gini kalau sama kamu aja. Kalau sama cewek lain nggak bakal bisa. Cuma kamu cewek yang paling cantik di mata aku."
"Kalau gini masih cantik nggak?" Alana sengaja memamerkan deretan giginya yang hitam terkena jelaga dari jagung bakar yang baru saja digigitnya.
"Astaghfirullah, kamu udah kayak yang di film Thailand itu, Mae Nak Prakanong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mupeng (Complete)
HumorNggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita? Setuju? Kalau nggak percaya baca aja cerita ini.