34

842 175 0
                                    

Edgar memandangi ke tiga temannya yang sedang tertidur pulas. Ia tak bisa tidur, pertanyaan Alana mengganggunya. Ia memandangi wajah polos Alana yang sedang tertidur pulas.

"Gue akan jadi temen lo sampai kapanpun, gue janji. Tapi kalau ternyata kita jodoh gimana? Gue bisa apa coba? Jodoh 'kan ditangan author (baca : Tuhan)"

Edgar merebahkan dirinya di atas pasir, memandang ke langit yang bertaburkan bintang-bintang yang berjumlah ribuan. Mereka semua berkelap-kelip sangat indah.

"Gar, jangan dimakan semua ayam gorengnya."

Edgar tersenyum melihat Alana mengigau tentang makanan dalam tidurnya. Ia merasa senang karena Alana malah memimpikannya, bukannya Adrian. Tanpa sadar Edgar tertidur di samping Alana.

***

Adrian tersenyum masam melihat pemandangan di depannya. Alana tertidur pulas di samping Edgar. Sengaja ia pagi-pagi mencari Alana, tapi ini yang ditemukannya.

Tanpa basa-basi ia segera membangunkan Edgar dan bersiap menghajarnya.

"Bangun! Dasar brengsek! Ngapain lo tidur sama pacar gue."

Edgar yang nyawanya belum terkumpul sepenuhnya hanya memandang linglung ke arah Adrian. Tiba-tiba ia merasa sakit di sudut bibirnya, seketika ia merasakan asin dan amis darah. Adrian memukulnya sampai bibirnya sobek.

Mendengar suara ribut-ribut, Alana terbangun. Pemandangan yang dilihatnya adalah Adrian yang berdiri di depannya.

"Mas Adrian? Hua ... Akhirnya kamu nyusulin aku ke sini!" Saking senangnya tak sadar Alana memeluk Adrian sambil menangis tersedu-sedu.

Edgar memandangi adegan pelukan itu dengan memegangi ujung bibirnya yang berdarah. Sedang Alexis dan Darrel masih saja tertidur pulas sambil berpelukan. Tak terpengaruh dengan suara ribut-ribut di sekitarnya.

Alana mengalihkan pandangannya ke arah Edgar. Ia heran melihat bibir Edgar berdarah, ia ingin menghampiri Edgar. Tapi tangannya dicekal oleh Adrian. Akhirnya ia hanya bisa bertanya dengan khawatir.

"Gar, bibir lo kenapa? Kok berdarah?"

"Tadi waktu tidur kena sikutnya Juki."

"Hah? Yang bener?"

"Iya, kayak nggak tau aja lo. Tuh anak 'kan tidurnya emang kayak kuda lumping." Bohong Edgar. Adrian memandangi dirinya dengan pandangan datar.

"Kalau udah tau gitu, mestinya lo jangan tidur di samping dia. Pantai ini 'kan masih luas, ngapain lo tidur dekat dia?"

"Lan, kita pulang sekarang." Adrian mengajak Alana naik ke speed boat.

Setelah membangunkan Alexis dan Darrel, mereka segera pergi meninggalkan pulau itu. Selama perjalanan mereka labih banyak diam.

"Mas, kamu tau nggak? Aku pikir nggak bakal ada yang nemuin aku, mana semalem aku lapar banget. Cuma makan ikan mentah." Alana bercerita antusias, sambil memakan roti yang diberikan Adrian padanya.

Adrian diam saja mendengar cerita Alana, sedari tadi pandangannya tertuju kepada Edgar. Ia masih kesal melihat Edgar tidur di samping Alana.

Edgar hampir saja tersedak melihat Adrian sedari tadi memandangi dirinya dengan tajam. Roti yang dikunyahnya mendadak terasa sangat seret, ia butuh air.

***

Sesampainya di pantai, Adrian mengajak Alana pergi ke resort yang disewanya. Sedang rombongan bus karya wisata sekolahnya sudah kembali.

"Mas, maaf semalem aku nggak datang. Kamu pasti panik nungguin aku."

Adrian tersenyum kecut, mengingat kejutan yang disiapkan untuk Alana berakhir sia-sia. Sebenarnya tadi malam ia ingin melamar Alana. Ya, melamar! (Nggak pakai tanda seru juga kali hehe)

"Lain kali jangan hilang kayak gitu lagi, aku nggak bisa kehilangan kamu."

Wajah Alana memerah mendengar perkataan Adrian yang terdengar sangat romantis.

"Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu."

"Apa?"

"Bagaimana kalau kita menikah?"

Teman Tapi Mupeng (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang