48

780 152 0
                                    

Berbekal searching alamat perusahaan Adrian di Google, akhirnya Alana dan Edgar jadi juga berangkat ke Australia.

Bunda tenang melepas mereka berdua karena Edgar juga pergi diantar papanya. Kebetulan papa Edgar ada urusan bisnis di negeri kangguru itu. Rencananya Edgar akan menginap di rumah mamanya selama di Australia.

Edgar duduk terpisah dari papanya. Ia duduk di deretan tengah bersama Alana, sedang sang papa duduk di deretan belakang bersama sekretarisnya, yang juga merangkap sebagai ibu tiri Edgar.

Edgar merasa sedari tadi Alana melirik ke arahnya, gadis itu tampak resah dan tidak tenang.

"Gar, lo yakin pesawat ini aman?"

"Memang kenapa, Lan?"

"Gue takut, Gar. Lo tau sendiri 'kan sekarang lagi banyak berita tentang pesawat jatuh?" Alana merasa ngeri, kalau hal itu sampai terjadi. Ia tak mau mati penasaran, karena belum mendapat jawaban dari Adrian.

"Ngeri juga, ya?"

"Tapi kalau pesawat bagus kayak gini terus tiketnya mahal, kayaknya nggak bakalan jatuh kali, ya?"

"Belum tentu juga, sih. Itu semua 'kan tergantung takdir."

Edgar kesal karena Alana mengganggu kegiatannya yang sedang sarapan. Alana tak memakan sarapannya, ia tak suka menu Italia yang disajikan maskapai.

"Kok lo malah nakutin gue, sih!"

"Doa aja, pasrahkan semua kepada Tuhan."

"Tumben lo jadi bijak?"

"Karena gue abis makan croissant."

***

Edgar sampai di rumah mamanya tengah malam, papanya langsung kembali ke hotel bersama sekretaris merangkap istri barunya. Nampaknya hubungan kedua orangtuanya paska bercerai kurang harmonis.

Edgar dan Alana disambut dengan ramah oleh suami baru mamanya. Pria berkebangsaan Australia itu mempersilahkan Edgar dan Alana memilih kamar yang disukainya. Maklumlah di rumah itu terdapat banyak kamar dengan masing-masing view berbeda.

Rupanya setelah bercerai dari sang papa, mama Edgar menikahi seorang pengusaha yang lumayan sukses di negerinya.

Setelah menaruh koper di kamar masing-masing, mereka berkumpul untuk makan malam. Edgar memilih kamar di samping kamar Alana, kamar mereka menghadap kebun mawar yang akan tampak indah di pagi hari.

"Makan yang banyak, Lan." Edgar meletakkan sepiring steak yang sudah diiris olehnya ke hadapan Alana.

Karena sudah sangat lapar, Alana segera melahapnya. Entah karena perutnya yang lapar atau memang ia yang rakus, steak itu terasa sangat lezat di mulutnya. Sudah lama ia tak memakan makanan seenak ini sejak ia sakit. Edgar tersenyum melihat Alana yang makan dengan lahap.

"Enak?"

"Enak banget, Gar."

"Pastilah enak, itu daging kangguru."

"Apa?" Alana tersedak mendengar ucapan Edgar.

"Edgar. Kamu tuh ngerjain Alana aja. Kasihan 'kan sampai tersedak gitu."

Mama Edgar tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat ulah jahil puteranya.

Edgar segera mengulurkan segelas air putih untuk Alana. Ia juga menepuk punggung gadis itu. Semua itu tak lepas dari pengamatan mama Edgar.

"Maafin gue, Lan. Gue cuma bercanda kok."

"Jahat banget, sih, lo!"

Alana meletakkan garpunya dengan kesal, ia sudah tak berminat melanjutkan makan. Nafsu makannya telah hilang karena tipuan daging kangguru.

"Itu bukan daging kangguru kok, Sayang. Itu daging sapi Australia, makanya enak. Daging dari sini emang terjamin kualitasnya." Mama Edgar menjelaskan dengan sabar.

Papa tiri Edgar yang tak mengerti bahasa Indonesia hanya bisa tersenyum mendengar percakapan mereka.

Setelah makan malam, Edgar berbicara berdua dengan mamanya, sedang Alana sudah masuk ke kamarnya.

"Gar, gimana soal tawaran Mama?" Tawaran yang dimaksud adalah kuliah di Australia.

"Aku udah mutusin kuliah di Indo aja, Ma." Dengan halus Edgar menolak permintaan sang mama.

"Apa karena Alana?"

Edgar terkejut mendengar pertanyaan sang mama. Bagaimana mamanya bisa tahu? Edgar hanya diam tak menjawab, mamanya hanya bisa mengehela nafas.

"Padahal mama sangat berharap kamu mau tinggal di sini."

"Kenapa, Ma? Bukannya Mama lebih bahagia tanpa adanya aku?" Ada rasa sakit di dada Edgar saat mengucapkannya.

"Mama ingin menebus semuany, Gar. Mama ingin mengganti masa-masa yang telah terbuang bersama kamu."

"Mama sudah memilih pilihan yang tepat. Nggak salah Mama memilih om Mark daripada aku dan papa. Lihat saja, sekarang mama bisa hidup dengan nyaman."

"Edgar, kamu masih belum waktunya tau permasalahan kami. Asal kamu tau, papa kamu juga ...." Mama Edgar tak meneruskan kata-katanya.

"Nggak ada yang perlu disesali, Ma. Aku bahagia lihat Mama dan papa udah bahagia dengan kehidupan masing-masing."

"Gar, Mama nggak mau kamu kecewa seperti Mama."

"Maksud Mama?"

"Jangan mengharapkan orang yang nggak mencintai kamu."

"Aku nggak ngerti, Ma." Edgar mengerutkan dahinya, mencoba mencerna maksud ucapan mamanya.

"Tentang Alana ...."

"Mama nggak usah khawatir, ini tentang hati aku. Aku bisa mengatasinya."

Teman Tapi Mupeng (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang