Edgar memperhatikan ekspresi Alana yang kelabakan. Selama ini ia memang tak pernah menanyakan pada Alana alasan ia putus dengan Adrian, ia tak pernah berpikir kemungkinan mereka putus karena dirinya. Pantas saja Adrian menyindirnya waktu itu.
"Beneran bukan karena gue 'kan?"
"Ya nggak lah, ada masalah pribadi yang nggak bisa gue jelasin." Alana berbohong, ia tak mau membuat Edgar merasa bersalah.
Edgar tak mempercayai begitu saja ucapan Alana. Setelah dari rumah Alana ia segera menghubungi Adrian untuk diajak bertemu.
***
"Ada apa?" tanya Adrian malas. Ia kesal setelah mengetahui fakta kalau Edgar baru saja bertemu Alana.
"Apa bener lo sama Alana putus gara-gara gue?"
"Kenapa lo pingin tau?"
"Jawab aja!"
"Kalau iya, kenapa?"
"Lo picik! Ini bukan salah Alana."
"Gue tau, tapi gue tetep nggak bisa liat lo nempel mulu ke dia. Tapi itu dulu, sekarang gue mutusin buat maklumin hubungan kalian. Gue mau kembali sama Alana."
"Lo pikir Alana masih mau kembali sama lo?" cibir Edgar.
"Nggak perlu nanya, lo tau sendiri jawabannya. Lo bisa lihat sendiri kalau cuma ada gue di hidupnya dia." Adrian berkata dengan yakin. Edgar jengah dengan rasa percaya diri Adrian yang menurutnya berlebihan.
"Oke, gue kasih satu kesempatan terakhir. Kalau lo ninggalin dia lagi, gue bunuh lo!"
***
Alana heran karena beberapa hari ini Edgar tak pergi ke rumah sakit. Kemarin ia sempat berpamitan padanya akan mengunjungi rumah ayahnya. Pamitnya sih cuma dua hari, tapi ini sudah hampir seminggu.
Alana merasa canggung tanpa adanya Edgar di sini. Ia terbiasa istirahat dan makan siang bersama Edgar. Alana memutuskan menghubungi Edgar, ia khawatir ada sesuatu yang terjadi di rumah ayahnya.
Deringan ketiga langsung diangkat ....
"Heh, kapan lo pulang?"
"Salam 'kek! Bar-bar banget lo."
"Buruan pulang! Gue gabut nggak ada lo. Mana mas Fajar nempel mulu ke gue pas jam makan siang."
"Baguslah, seenggaknya lo ditraktir dia."
"Gue nggak mau tau! Pokoknya besok lo udah masuk lagi."
"Gue bakal pergi lama. Gue mau nengokin adek gue yang di Aussie."
"Hah? Yang bener lo? Kita lagi magang, Edgar. Gimana kuliah lo?"
"Gue mau cuti aja. Kalau nggak boleh ya gue mau keluar."
"Gila lo, ya! Terus gue gimana?"
"Ya gak gimana-gimana. Lo tetep kuliah, terus lulus, terus kerja, kawin."
"Dari kata-kata lo kayaknya lo mau pergi untuk selamanya?"
"Lo pikir gue mau mokat?"
"Sebenarnya ada apa, sih, Gar? Gue ada salah sama lo?"
"Banyak salah lo, sih."
"Serius, Edgar. Kenapa lo terkesan jauhin gue. Bukannya lo janji mau terus nemenin gue, elo 'kan satelit gue?"
"Gue mau pensiun jadi dayang lo."
"Jangan bercanda lo, Gar! Cepet balik. Apa jadinya gue tanpa adanya lo?"
"Gue bukan pacar lo, kalau lo lupa. Lagian udah ada Adrian. Lo nggak bakal kenapa-napa tanpa gue."
"Apa ada hubungannya sama mas Adrian? Dia ngomong sesuatu sama lo?"
"Suudzon aja lo. Nggak ada apa-apa. Gue cuma pingin ketemu adek gue."
"Tapi sampai kapan?"
"Nggak tau, kalau gue udah kangen Indo gue bakal balik."
"Lo nggak kangen gue?"
"Buat apa gue kangenin jodoh orang? Wasting time banget!"
"Edgar!"
"Iya-iya, gue bakal balik."
"Jangan lama-lama. Gue nggak biasa jauh sama elo. Ntar siapa yang makan sawi gue kalau makan mi ayam."
"Ya lo balikin ke kang mi ayamnya, terus lo minta cash back."
"Ih, Edgar! Seriusan, lo cepet pulang, ya?"
"Hem, iya."
"Janji Edgar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mupeng (Complete)
HumorNggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita? Setuju? Kalau nggak percaya baca aja cerita ini.