"Lana?"
Tanpa menoleh Alana tau siapa yang memanggilnya. Kenapa akhir-akhir ini mereka sering bertemu? Menghambat program move on-nya saja.
"Mas Adrian?"
Adrian menatap Edgar dengan tajam. Ia sadar ia tak pantas begitu, lagipula dia sekarang bukan siapa-siapa bagi Alana. Jadi wajar saja kalau gadis itu pergi dengan siapa saja.
"Lan, gue ke toilet dulu, ya?" Edgar yang risih ditatap Adrian dengan aura permusuhan jadi canggung.
"Ih, pasti pingin boker. Jangan lama!" pesan Alana.
"Temen kamu itu udah punya pacar?" Adrian menatap kepergian Edgar.
"Edgar? Pacarnya banyak dia." Alana menjawab santai sambil melanjutkan kegiatannya memilah mukenah.
"Oh." Adrian mengangguk singkat. Ia senang dugaannya salah. Semula ia mengira Edgar akan mendekati Alana.
"Mas sendirian aja?" Alana bertanya sambil celingukan.
"Emang harus sama siapa?" Adrian mengangkat alisnya, keheranan.
"Pacar Mas yang waktu itu?"
Adrian mengerutkan dahi mendengar pertanyaan Alana.
"Siapa? Sasha?"
"Iya."
"Kamu ngira dia pacar aku?" tanya Adrian sambil tersenyum.
"Emang bukan?"
"Bukan, dia junior aku. Waktu itu dia minta tolong aku buat nemenin cari buku."
"Oh." Entah mengapa Alana sedikit lega mendengar penjelasan Adrian.
Adrian dan Alana pergi ke food court, setelah sebelumnya memberitahu Edgar untuk menyusul.
"Besok aku wisuda."
"Oh, ya? Selamat, ya?" Alana mengulurkan tangannya untuk menyelamati Adrian.
"Makasih. Kamu mau datang di wisuda aku?"
Alana kaget mendengar permintaan Adrian. Mengapa ia harus datang ke acara wisuda cowok itu? Mereka 'kan bukan siapa-siapa?
"Tapi, Mas ...."
"Lan, aku udah mikirin ini sejak kemarin. Kebetulan kita ketemu lagi sekarang. Ada yang ingin aku bicarakan."
Alana menebak-nebak apa yang ingin dibicarakan Adrian, sepertinya penting sekali.
"Apa, Mas?"
"Aku ingin kita balikan, aku masih sayang sama kamu."
Alana kaget bercampur senang mendengar pernyataan Adrian. Tapi sedetik kemudian ia menjadi sedih.
"Tapi, Mas ...."
"Kamu masih sayang sama aku 'kan?" Adrian melihat ada keraguan di wajah Alana.
Tentu saja masih sayang, pikir Alana. Tapi ia ragu jika harus kembali menerima Adrian.
"Aku nggak bisa, Mas."
Adrian terlihat kecewa dengan jawaban Alana, semula ia sangat yakin kalau Alana akan menerimanya kembali.
"Kamu suka sama orang lain?"
"Bukan gitu, aku cuma nggak mau kita berantem gara-gara masalah yang sama." Alana buru-buru menyangkal tuduhan Adrian.
"Soal teman-teman kamu, ya?"
Alana diam, ia ingin mengiyakan tapi ragu. Adrian menghela nafas. Pasti karena masalah itu, pikirnya. Ia berpikir sesaat. Mungkin ia harus belajar memahami Alana. Ia tak boleh egois dengan membatasi pergaulan gadis itu.
"Aku akan mencoba ngertiin persahabatan kalian, aku nggak akan batasin kamu buat bergaul sama mereka. Apa itu cukup?"
Alana kaget mendengar janji Adrian. Ia tak mengira Adrian akan mengatakannya. Ia merasa beban berat diangkat dari dadanya. Sungguh tak mudah memilih antara teman dan orang yang dicintai.
"Makasih, Mas."
"Jadi, kita ...."
Alana menganggukkan kepalanya. Tak ada alasan baginya untuk menolak Adrian. Mereka berdua tersenyum.
Edgar melihat mereka dari kejauhan, ia tersenyum getir. Mungkin setelah ini ia harus menjaga jarak dari Alana. Ia tak mau menjadi duri dalam daging dalam hubungan Alana dan Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mupeng (Complete)
HumorNggak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita? Setuju? Kalau nggak percaya baca aja cerita ini.